Tuesday, October 8, 2019

Teori Belajar



A. Pengertian  Belajar
            Dalam suatu proses pembelajaran terjadi kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, yang mana harus dilakukan dengan sistematis melalui tahap rancangan pelaksanaan dan evaluasi.
            Hudojo (1988:1) menyatakan bahwa “belajar adalah usaha seseorang dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku.
Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil dari latihan atau pengalaman(dalam Karso,dkk, 1993:211). Dalam pendidikan di sekolah kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling mendasar.
Slameto (2003:2) menyatakan bahwa belajar ialah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan
 Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan tingkah laku seseorang yang didapat melalui interaksi dengan lingkungannya.    .




B. Pengertian Pengajaran Matematika
Pengajaran (dalam Prof. Dr. S. Nasution, 1999:102) adalah proses interaktif yang berlangsung antara guru dengan siswa atau juga antara sekelompok siswa, dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan.
Jhonson dan Rising (Ruseffendi, 1995:28) mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logika.
Menurut Piaget (dalam Dr.Paul Suparno, 2001:49) metode pengajaran matematika dalam bentuk ceramah memang baik bagi orang yang sudah dewasa tetapi banyak menyebabkan hambatan bagi murid yang masih dalam tingkat pengajaran yang masih rendah. . Kemudian Piaget menekankan hal pokok dalam pengajaran matematika pada murid  bahwa Pengajaran matematika tidak boleh melalaikan peran kegiatan – kegiatan, khususnya pada anak–anak yang masih kecil. Pengalaman fisis dan pengalaman matematis-logis sangat penting dalam mengembangkan pengetahuan, baik fisis maupun matematis.
Contoh: Andi yang berumur 4 tahun berada di sebuah taman dan mulai menyusun kelereng dalam garis lurus. Ia menghitung dari kiri ke kanan satu sampai sepuluh. Ia menghitung dari kanan ke kiri dengan hasil yang sama. Selanjutnya, ia meletakkan kelereng-kelereng itu dalam suatu lingkaran dan menghitungnya lagi dengan hasil yang sama juga. Dalam susunan bagaimana pun akhirnya ia menjadi sungguh yakin bahwa jumlahnya sama dan tidak tergantung pada susunan atau bentuk.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengajaran matematika adalah hubungan interaksi dan proses belajar dan mengajar yang berhubungan dengan penalaran deduktif, masalah-masalah, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dalil-dalil, antara pendidik dan peserta didik.  

C. Teori Piaget
            Jean Piaget adalah salah seorang psikolog terkenal yang banyak mempengaruhi perkembangan dunia pendidikan. Selama penelitian Piaget semakin yakin akan adanya perbedaan antara proses pemikiran anak dan orang dewasa. Ia yakin bahwa anak bukan merupakan suatu tiruan dari orang dewasa. Anak bukan hanya berpikir kurang efisien dari orang dewasa, melainkan berpikir secara berbeda dengan orang dewasa. Itulah sebabnya mengapa Piaget yakin bahwa ada tahap perkembangan kognitif yang berbeda dari anak sampai menjadi dewasa.
           Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget (Paul. S, 2001:24) dibagi menjadi 4 tahap antara lain:
1.      Tahap sensorimotor (umur 0 – 2 tahun)
Pada tahap sensorimotor, anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik yaitu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan. Karakteristik tahap ini merupakan gerakan – gerakan akibat suatu reaksi langsung dari rangsangan. Anak mengatur alamnya dengan indera(sensori) dan tindakan-tindakannya(motor), anak belum mempunyai kesadaran – kesadaran adanya konsepsi yang tetap.
Contohnya: Diatas ranjang seorang bayi diletakkan mainan yang akan berbunyi bila talinya dipegang. Suatu saat, ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi yang bagus dan ia senang. Maka ia akan mencoba menarik-narik tali itu agar muncul bunyi menarik yang sama.
2.      Tahap persiapan operasional (2 – 7 tahun)
Operasi adalah suatu proses berpikir logis, dan merupakan aktifitas mental bukan aktifitas sensorimotor. Pada tahap ini anak belum mampu melaksanakan operasi – operasi mental. Unsur yang menonjol dalam tahap ini adalah mulai digunakannya bahasa simbolis, yang berupa gambaran dan bahasa ucapan. Dengan menggunakan bahasa, inteligensi anak semakin maju dan memacu perkembangan pemikiran anak karena ia sudah dapat menggambarkan sesuatu dengan bentuk yang lain.
Contohnya: anak bermain pasar-pasaran dengan uang dari daun. Kemudian dalam penggunaan bahasa , anak menirukan apa saja yang baru ia dengar. Ia menirukan orang lain tanpa sadar. Hal ini dibuat untuk kesenangannya sendiri. Tampaknya ada unsur latihan disini, yaitu suatu pengulangan untuk semakin memperlancar kemampuan berbicara meskipun tanpa disadari.
3.  Tahap operasi konkret (7 – 11 tahun)
Tahap operasi konkret dinyatakan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada peristiwa – peristiwa yang langsung dialami. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang – barang yang konkret, belum bersifat abstrak maupun hipotesis.
Misalnya suatu gelas diisi air. Selanjutnya dimasukkan uang logam sehingga permukaan air naik. Anak pada tahap operasi konkreat dapat mengetahui bahwa volume air tetap sama. Pada tahap sebelumnya, anak masih mengira bahwa volume air setelah dimasukkan logam menjadi bertambah.         A                  B
          Gambar. 1

4.      Tahap operasi formal (11 tahun keatas)
Tahap operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Pada tahap ini anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung.
           Menurut Piaget (Paul Suparno, 2001:104) paling sedikit ada empat faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak, yaitu:
1.      Perkembangan organik dan kematangan system saraf.
Unsur biologis cukup jelas mempunyai pengaruh dalam perkembangan inteligensi seseorang. Kematangan fisik seseorang juga mempunyai pengaruh pada perkembangan inteligensinya. Misalnya: Pada saat anak belum dapat berjalan, sehingga anak tersebut akan sulit dan terbatas dalam berkontak dengan alamsekitar. Sehingga pemikirannya dan skema yang ia miliki belum banyak berkembang.
2.      Peran latihan dan pengalaman
Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikiran atau inteligensinya. Seorang anak yang sudah mulai dapat berpikir deduktif dan abstrak perlu mengembangkan diri dengan pengalaman – pengalaman dalam menggunakan pemikirannya. Piaget membedakan dua macam pengalaman, yaitu:
a.       Pengalaman fisis, terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang dihadapi untuk mengabstraksi sifat – sifatnya.contohnya: pengalaman melihat dan mengamati anjing akan membantu mengabstraksi sifat – sifat anjing yang pada tahap selanjutnya membantu pemikiran orang itu tentang anjing.
b.      Pengalaman matematis-logis, terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat tindakan – tindakan terhadap objek itu. Contohnya: pengalaman menjumlahkan atau mengurangkan benda akan membantu pemikiran anak akan operasi benda itu.
3.      Interaksi sosial dan transmisi.
Dengan interaksi ini, seorang anak dapat membandingkan pemikiran dan pengetahuan yang telah dibentuknya dengan pemikiran dan pengetahuan orang lain. Ia tertantang untuk semakin memperkembangkan pemikiran dan pengetahuannya sendiri. Dalam interaksi sosial dan transmisi, pengetahuan itu datang dari orang lain baik itu dari orangtuanya maupun masyarakat sekitarnya. Namun, menurut Piaget meskipun interaksi sosial itu sangat penting dalam pengembangan pemikiran seseorang, tindakan interaksi sosial itu tidaklah efektif bila tidak ada tindakan aktif dari anak sendiri. Pemikiran dan pengetahuan anak kurang berkembang pesat apabila anak itu sendiri tidak secara aktif mengolah, mencerna, dan mengambil makna.
4.      Ekuilibrasi (kesetimbangan).
Ekuilibrasi adalah kemampuan untuk mencapai kembali kesetimbangan selama periode ketidaksetimbangan melalui asimilasi dan akomodasi. . Ekuilibrasi ini sering juga disebut dengan motivasi dasar seseorang yang memungkinnya selalu berusaha memperkembangkan pemikiran dan pengetahuannya.
Menurut Piaget (Hudojo, 1979:82), struktur kognitif terbentuk karena proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah menyaring atau mendapatkan pengalaman – pengalaman baru ke dalam skema.
 Misalnya seorang anak mempunyai konsap mengenai “lembu”. Dalam pemikiran anak itu, ada skema “lembu”. Mungkin skema anak itu menyatakan bahwa lembu itu binatang yang berkaki empat. Berwarna putih dan makan rumput.
Dimana pengertian Skema yaitu struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungannya.
Misalnya Skema yang terjadi pada anak tersebut pertama kali melihat lembu tetangganya yang memang berwarna putih, berkaki empat, dan makan rumput. Suatu saat, anak itu bertemu dengan dengan bermacam-macam lembu yang lain, yang warnanya lain, dan tidak sedang makan rumput, tetapi sedang menarik gerobak. Berhadapan dengan pengalaman yang lain tersebut, anak memperkembangkan skema awalnya. Skemanya menjadi: lembu itu binatang berkaki empat, ada berwarna putih atau kelabu, makanannya rumput dan dapat menarik gerobak. Jelas bahwa skema lembu anak itu menjadi bertambah lengkap. Skema awalnya tidak hanya tetap dipakai, tetapi juga dikembangakan dan dilengkapi.
Akomodasi adalah proses menstrukturkan kembali pengalaman –pengalaman baru dengan jalan mengadakan modifikasi skema yang ada atau bahkan membentuk pengalaman yang benar – benar baru.
Contohnya: seorang siswa telah memahami bahwa himpunan bilangan itu tetap saja sama, walaupun urutannya diubah. Kemudian siswa tersebut mengalami pengalaman baru tentang adanya bilangan kardinal dan ordinal, bulat dan pecahan. Walaupun ada tambah pengetahuan baru, struktur kognitifnya tetap yang ada tetap saja ada dan tidak berubah, artinya bahwa sifat bilangan itu tetap sama walaupun pengaturannya diubah. Dapat digambarkan sebagai berikut:
 

                                           Gambar 2



D. Penerapan Teori Belajar Piaget Dalam Pengajaran Matematika
            Penerapan dari empat tahap perkembangan intelektual anak yang dikemukakan oleh Piaget, adalah sebagai berikut:
1.      Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Untuk mengembangkan kemampuan matematika anak di tahap ini, kemampuan anak mungkin ditingkatkan jika dia cukup diperbolehkan untuk bertindak terhadap lingkungan. Anak – anak pada tahap sensorimotor memiliki beberapa pemahaman tentang konsep angka dan menghitung. Misalnya: Orang tua dapat membantu anak- anak mereka menghitung dengan jari, mainan dan permen. Sehingga anak dapat menghitung benda yang dia miliki dan mengingat apabila ada benda yang  ia punya hilang.
2.      Tahap persiapan operasional ( 2 -7 tahun)
Piaget membagi perkembangan kognitif tahap persiapan operasional dalam dua bagian:
a.       Umur 2 – 4 tahun
Pada umur 2 tahun, seorang anak mulai dapat menggunakan symbol atau tanda untuk mempresentasikan suatu benda yang tidak tampak dihadapannya. Penggunaan symbol itu tampak dalam 4 gejala berikut:
1)      Imitasi tidak langsung
Menurut Wadsworth (dalam Paul Suparno, 2001:51), Anak mulai dapat menggambarkan suatu hal yang sebelumnya dapat dilihat, yang sekarang sudah tidak ada. Dengan kata lain, ia mulai dapat membuat imitasi yang tidak langsung dari bendanya sendiri.
Contohnya:  Bola sesungguhnya dalam bentuk bola plastik.
2)      Permainan simbolis
Dalam permainan simbolis, seringkali terlihat bahwa seorang anak berbicara sendirian dengan mainannya. Misalnya: Jika si anak merasa senang dengan bola, maka ia akan bermain bola – bolaan. Menurut Piaget, permainan tersebut merupakan ungkapan diri anak dalam menghadapi masalah, suasana hati, ketakutan dan lain – lain
3)      Menggambar
Menggambar pada tahap pra operasional merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur permainan simbolisnya terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Unsur gambaran mentalnya terletak pada usaha anak untuk mulai meniru sesuatu yang real.
4)      Gambaran mental
Gambaran mental adalah penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Pada tahap ini, anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam menggambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati. Contoh: deretan 5 kelereng berwarna coklat dan hitam sebagai berikut:
 

Gambar.3
Dari gambar tersebut anak masih beranggapan bahwa kelereng coklat lebih banyak daripada kelereng hitam karena jarak kelereng coklat lebih besar daripada kelereng hitam. Apabila jarak kelereng hitam dan coklat disamakan maka anak mengatakan bahwa jumlah kelereng sama.
b.      Umur 4 – 7 tahun (pemikiran intuitif)
Pada umur 4 – 7 tahun, pemikiran anak semakin berkembang pesat. Tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami operasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran atau penalaran yang tidak logis. Contoh: Terdapat 20 kelereng, 16 berwarna merah dan 4 putih diperlihatkan kepada seorang anak dengan pertanyaan berikut: “Manakah yang lebih banyak kelereng merah ataukah kelereng-kelereng itu?”
A usia 5 tahun menjawab: “lebih banyak kelereng merah.”
B usia 7 tahun menjawab: “Kelereng kelereng lebih banyak daripada kelereng yang berwarna merah.” Tampak bahwa A tidak mengerti pertanyaan yang diajukan, sedangkan B mampu menghimpun kelereng merah dan putih menjadi suatu himpunan kelereng atau dapat disimpulkan bahwa anak masih sulit untuk menggabungkan pemikiran keseluruhan dengan pemikiran bagiannya. Contoh lain, seorang anak dihadapkan dengan pertanyaan: “Manakah yang lebih berat 1 Kg kapas atau 1 Kg besi?”. Anak tersebut pasti menjawab 1 Kg besi tanpa berpikir terlebih dahulu. 
3.      Tahap operasi konkret (7 – 11 tahun)
Tahap operasi konkret dicirikan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan – aturan tertentu yang logis. Tahap operasi konkret ditandai dengan adanya system operasi berdasarkan apa- apa yang kelihatan nyata/konkret. Anak masih mempunyai kesulitan untuk menyelesaikan persoalan yang mempunyai banyak variabel. ya. Misalnya, bila suatu benda A dikembangkan dengan cara tertentu menjadi benda B, dapat juga dibuat bahwa benda B dengan cara tertentu kembali menjadi benda A. Dalam matematika, diterapkan dalam operasi penjumlahan (+), pengurangan (-), urutan (<), dan persamaan (=).
 Contohnya, 5 + 3 = 8 dan 8 – 3 = 5
Pada umur 8 tahun, anak sudah memahami konsep penjumlahanyang sterusnya berlanjut pada perkalian. Misalnya guru memberikan soal kepada siswa mengenai perkalian.
Guru: “Berapa 8 × 4, Dony?”
Dony: “ 32 Pak!”
Pada umur 9 tahun, penalaran anak masih cenderung tidak dapat menghubungkan suatu rangkaian atau gagasan yang terpisah dalam suatu keseluruhan yang masih kurang jelas.
Contohnya dalam menyelesaikan persoalan berikut:
Rambut Tina (T) kurang gelap daripada rambut Sinta (S).
Rambut Tina (Ts) lebih gelap daripada rambut Lily (L).
Rambut siapa yang lebih gelap?
4.      Tahap operasi formal (11 tahun keatas)
Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir abstrak bila dihadapkan kepada suatu masalah dan ia dapat mengisolasi untuk sampai kepada penyelesaian masalah tersebut. Pikirannya sudah dapat melampaui waktu dan tempat tidak hanya terikat pada hal yang sudah dialami.
Contoh: Seorang anak mengamati topi ayahnya yang berbentuk kerucut. Ia ingin mengetahui volum dari topi ayahnya tersebut. Lalu ia mengukur topi tersebut dan memperoleh tinggi kerucut 30 cm dengan jari – jari 21 cm.

                  t
 

           
                              Gambar.4
            Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, maka guru sudah terlebih dahulu memberikan konsep kepada siswa mengenai bangun ruang(volum limas).
Volum limas = ⅓(luas alas)(tinggi limas)
                     = ⅓ × л × r­² × t²
                     = ⅓ × 3,14 × 7² cm² × 3 cm
                     = 154 cm³
2.1    Pemahaman Konsep Pengurangan
Model penyajian pengurangan dapat menggunakan model konkret, semi konkret, semi abstrak dan abstrak. Model yang dipilih harus disesuaikan dengan tahap berpikir siswa belajar. Dengan demikian kecermatan seorang guru, untuk memilih pendekatan dan model pengajaran suatu topik dalam matematika sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Beberapa model penyajian operasi pengurangan dua buah bilangan cacah dapat disajikan seperti di bawah ini.
Pengurangan 2 bilangan cacah dengan garis bilangan
Contoh: 8 – 2 = …….
Suruhlah seorang siswa untuk menempati angka nol dan menghadap ke bilangan positif (ke kanan). Kemudian perintahkan siswa tersebut melangkah maju satu-satu langkah sebanyak delapan skala. Lanjutkan dengan melangkah mundur sebanyak tiga skala. Didapatkan kedudukan siswa terakhir adalah 8 - 3 yaitu 5. Secara singkat ditulis 8 – 2 = 6
Penjelasan diatas dapat digambarkan sebagai berikut.
0

1

2

3

4

5

6

7

8
  





Gambar 2.1 Konsep pengurangan dengan garis bilangan
Pengurangan 2 bilangan cacah dengan kartu nilai tempat
Contoh: 7 – 2 = …..
Ambil 7 buah kartu satuan dan pasangkan berderet. Kemudian ambil dan pisahkan dua buah kartu satuan dari deretan kartu nilai tempat. Sisa kartu nilai tempat adalah hasil 7 – 2 yaitu 5
Peragaannya:
                                                                                 

Keadaan awal                         Setelah dua kartu dipisah                    Sisa
Gambar 2.1 Konsep pengurangan dengan kartu nilai tempat
Jadi 7 – 2 = 5
2.1.1   Pengenalan Fakta Dasar Pengurangan
Menentukan selisih dua bilangan cacah, jelas diperlukan pemahaman fakta dasar pengurangan. Yang dimaksud dengan fakta dasar pengurangan adalah pengurangan dua buah bilangan cacah, dimana bilangan yang dikurangi dari 0 sampai 18, bilangan pengurangan dan hasilnya dari 0 sampai 9. Jadi jika a – b = c merupakan fakta dasar pengurangan maka, 0 ≤ a ≤ 18, 0 ≤ b ≤ 9 dan 0 ≤ c ≤ 9. Beberapa model yang dapat digunakan dalam mengajar fakta dasar pengurangan adalah menggunakan model dan menggunakan pola.
a.    Menggunakan Model
Penggunaan model yang telah digunakan dalam mengajar penjumlahan ternyata berguna pula dalam mengajarkan fakta pengurangan. Papan flanel dan papan magnetik adalah beberapa alat bantu yang dapat digunakan dalam mengajarkan konsep pengurangan yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Dialog berikut biasa dilakukan dalam mengajar pengurangan sebagai lawan dari penjumlahan dengan menggunakan bantuan alat berupa lidi.





                                     
Dari gambar diatas seorang guru dapat melakukan interaksi menggunakan dialog sederhana. Guru mulai memandu siswa berdasarkan dengan media pendukung seperti gambar diatas. Guru berkata pada gambar ini kita melihat 8 lidi sambil menunjuk ke himpunan 8 benda tersebut. Kemudian guru menutup sebagian gambar dengan karton. Kemudian guru bertanya berapa lidi yang masih terlihat anak-anak siswa pun menjawab 4. Dengan melakukan dialog sederhana ini akan terjadi interaksi yang aktif antara siswa dan guru karena siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan temuan mereka.
b.   Menggunakan Pola
Seperti halnya pada penambahan, banyak pola yang digunakan untuk menyajikan konsep pengurangan, diantaranya dapat dilihat pada tabel berikut.
Pola
Generalisasi
3
-
0
= 3
7
-
0
= 7
10
-
0
= 10
114
-
0
=……………..
n – 0 = n
6
-
6
= 0
9
-
9
= 0
18
-
18
= 0
449
-
449
=……………..
n – n = 0
Model-model di atas dapat disajikan kepada siswa dengan menggunakan himpunan benda-benda nyata (alat peraga, sehingga konsep fakta pengurangan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa). selain menggunakan model, konsep fakta pengurangan dapat pula disajikan dengan pola.
Contoh :
Nama Pola
7
-
4
=
3
Kompensasi
8
-
5
=
3
9
-
6
=
3
8
-
1
=
7
Yang kurangi 7
8
-
2
=
6
8
-
3
=
5
4
-
3
=
1
Pengurangan 3
5
-
3
=
2
6
-
3
=
3
8
-
4
=
(8-2-2)
Pengurangan sebagian-
Sebagian
=
(6-2)
=
4
Tabel di bawah ini berisi ringkasan dari cara mengajar fakta dasar pengurangan yang telah dipelajari.
Soal
Metode
Penyelesaian
5 - 2
=
Menyekat himpunan
5 – 2 = 3
8 – 6
=
Membandingkan himpunan
8 – 6 = 2
11 – 5
=
Kalimat penambahan
11 – 5 = 6
Yang berkaitan : 5 + 6 = 11
12 - 3
=
Dengan pola
12 – 3 = 10
12 – 1 = 11; 12 – 2 = 10
15 – 7
=
Dengan kompensasi
15 – 7 = 8
15 – 7 = (15 + 3) – (7 + 3)
= 18 – 10 = 8
7 - 4
=
Dengan baris bilangan
7 – 4 = 3
9 – 6
=
Dengan menghubungkan dengan
9 – 6 = 3
fakta : 8 – 6 = 2
Pembentukan keterampilan dengan mencongkak sangat penting untuk diajarkan, karena mencongkak adalah salah satu teknik pengajaran dalam berhitung. Cara yang dimaksud untuk melatih anak berpikir cepat dalam menentukan hasil. Dalam mencongkak yang penting adalah menalar soal-soal berhitung secara sistematis. Kegiatan dilakukan pada akhir pelajaran dan sebelum melakukan kegiatan ini perlu dipersiapkan soal-soal yang digunakan untuk mencangkok.
   Pada umumnya pengurangan mempunyai tiga jenis :
1)   Membuang
Dodi mempunyai kelereng 5 buah. Ia memberikan 2 buah kepada adiknya. Berapa buah kelereng sisanya ?








Gambar 2.2 Konsep pengurangan dengan himpunan
2)   Mencari Suku yang Hilang
Dodi mempunyai kelereng 3 buah. Untuk dapat bermain dia membutuhkan 5 buah kelereng. Berapa buah kelereng lagi harus dia miliki?





Gambar 2.3 Mencari suku yang hilang dengan himpunan
3)   Membandingkan
Dodi mempunyai kelereng 3 buah. Dudu punya kelereng 5 buah. Berapa lebihnya kelereng Dudu dari kelereng Dodi?
5 – 3 = ……
atau
3 + … = 5




Gambar 2.4 Konsep pengurangan
Sebagaimana penjumlahan, pengurangan pun dapat didekati dengan himpunan, pengukuran, garis bilangan, timbangan, dan dengan cuisionare.


2.1.2   Pengajaran Algoritma Pengurangan
Model penyajian abstrak dari pengurangan dua bilangan cacah dapat kita ikuti contoh-contoh di bawah ini :
a.    Menentukan hasil dari 38 – 13 dengan cara panjang
38
=
30
+
8
14
=
10
+
3
38 – 14
=
20
+
5
=
25
Jadi 38 – 14 = 25
b.    Menentukan hasil dari 38 – 13 dengan cara singkat
1)
38
2)
38
13
13
  5
25
Langkah-langkah pengerjaannya sebagai berikut :
1)   Mengurangkan 8 – 3 = 5 dan dituliskan angka 5 tepat di bawah angka satuan.
2)   Langkah berikutnya kita kurangkan 3 – 1 = 2, tuliskan angka 2 tepat di bawah angka puluhan yang dikurangkan.
Pada contoh di atas angka satuan bilangan yang dipergunakan lebih besar dari pada angka satuan bilangan pengurangan.
c.    Menentukan 43 – 28 dengan cara singkat
1)
42
2)
42
3)
42
4)
42
27
27
27
27
  5
15
15
Pada langkah 1) pengurangan tidak bisa langsung dikurangi sebab 2 – 7 = -5 bukan bilangan cacah. Oleh karena itu, 1 puluhan dari 42harus dijadikan satuan sehingga pada langkah 2), puluhan pada 42 menjadi 3, sedangkan angka satuannya 12 jadi pikirkan 12 – 7 = 5. Tulis angka 5 tepat di bawah satuan yang dikurangkan.
Pada langkah 3) kita melakukan pengerjaan pada angka puluhan yaitu 3 – 2 = 1. Tuliskan angka 1 tepat di bawah angka puluhan bilangan yang akan dikurangkan, sehingga 43 – 28 = 15. Pada langkah 4) hanya memperlihatkan model singkat dari pengurangan yang dilakukan pada langkah ke 2) dan 3)
Menentukan selisih dua bilangan cacah dengan cara singkat seperti di atas, jelas diperlukan pemahaman fakta dasar pengurangan. Aturan pengurangan dua bilangan cacah ratusan, ribuan, puluhan, puluh ribuan, dan seterusnya pada prinsipnya sama.
Model pengurangan 847 – 534 dengan cara singkat
1)
847
2)
847
3)
847
534
534
534
    3
  13
313
Pada langkah 1) pengerjaan yang dilakukan adalah menentukan 7 – 4 = 3. Kemudian angka 3 ditulis tepat di bawah angka satuan bilangan yang dikurangkan.
Pada langkah 2) pengurangan yang dilakukan adalah menentukan 4 – 3 = 1. Kemudian angka 1 ditulis tepat di bawah angka puluhan bilangan yang dikurangkan.
Pada langkah 3) pengerjaan yang dilakukan adalah menentukan 8 – 5 = 3. Kemudian angka 3 ditulis tepat dibawah angka ratusan bilangan yang dikurangkan. Jadi 847 – 534 = 313.
1)
974
2)
974
3)
974
438
438
438
    6
  36
536
Pada langkah 1) pengerjaan yang dilakukan adalah meminjam puluhan dari 7 puluhan, karena 4 – 8 hasilnya bukan bilangan cacah. Akibat hal ini diatas, maka angka piluhan tinggal 6 dan angka satuannya menjadi 14. Kemudian tentukan hasil pengurangan 14 – 8 = 6. Tuliskan angka 6 tersebut tepat dibawah angka satuan bilangan yang dikurangkan.
Pada langkah 2) pengerjaan yang dilakukan adalah menentukan 6 – 3 = 3. Tuliskan angka 3 tersebut tepat dibawah angka puluhan bilangan yang dikurangi.
Pada langkah 3) pengerjaan bilangan yang dilakukan adalah menentukan 9 – 4 = 5. Tuliskan angka 4 tersebut tepat dibawah angka ratusan yang dikurangkan.
Jadi, 974 – 438 = 536


No comments:

Post a Comment

zona baca

Bahan Ajar Kelas 1 Tema 4 Keluargaku 3 keluarga besarku pembelajaran 4

BAHAN AJAR Tema                 : 4 Keluargaku Subtema            : 3 Keluarga Besarku Pembelajaran    : 4 Tujuan Pembelajaran Dengan ...