Tuesday, October 8, 2019

Konsep Manusia dan Hal-Hal yang Berhubungan dengan Manusia Pendidikan Agama Islam


MAKALAH
Konsep Manusia dan Hal-Hal yang Berhubungan dengan Manusia
Pendidikan Agama Islam


DisusunOleh :
Kelompok 1
1.   Mohamad Yusuf             (1401418263)


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2018


KATA  PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami dapat menyelesaikan tugas tentang  konsep manusia dan hal-hal yang berhubungan dengan manusia ini dengan baik. Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini dan bimbingan yang telah diberikan kepada kami dalam menyelesaikan makalah untuk mata pelajaran Psikologi Perkembangan.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna, sehingga kritik, koreksi, dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan makalah kami selanjutnya senantiasa akan  kami terima dengan tangan terbuka.



















DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………..……………….2
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN...…………..….…………………………..4
A. Latar Belakang  ………………………...…………………………4
B. Rumusan Masalah …………………………....…………………...5
C. Tujuan …………………………………………………………….5

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………5
A. Konsep Manusia……………….………..……5
B. Hal-Hal yang Berhubungan dengan Manusia……………..…………..5

BAB III PENUTUP …………..……………………………………..8
A.    Kesimpulan ………………………………..…………………...8
B.     Saran …………………………………………….………….…8
DAFTAR PUSTAKA…………………………….…………………8








BAB I
PENDAHULUAN
1.1           LatarBelakang
Manusia atau yang biasa disebut oleh Allah dalam Al Qur’an dengan sebutan bani adam mempunyai kedudukan yang sangat mulia, bahkan mahluk Allah yang paling mulia diantara mahluk-makhluk Allah yang lain. Nilai lebih yang diberikan Allah ini merupakan pembeda manusia dengan ciptaan Allah yang lain. Namun “kemulian/ karamah” manusia ini ada nilai konsekuensi yang berat. Kenapa? Karena pada diri manusia terdapat nafsu yang tidak selamanya dapat diajak kompromi untuk menjalankan ketaatan kepada Allah swt. Nafsu inilah yang sering membuat manusia tidak konsisten pada nilai kemanusiaanya dan bahkan sering sekali menelantarkannya dalam kehinaan. Diantara pemberiaan Allah kepada manusia adalah diberikanya kemampuan fisik dan berfikir. dua kemampuan ini yang pada dasarnya akan menumbuhkan sumber daya manusia, sekaligus akan memacu manusia untuk mencapai kualitas terbaiknya, bila di barengi dengan kemauan untuk berusaha.
Disisi lain meskipun memiliki nilai karamah/ kemuliaan, manusian dalam Al-Qur’an tetap sebagai abd/ hamba. seorang hamba berarti dia punya tanggung jawab yang melekat pada dirinya. Manusia dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah dia mendapatkan tanggung jawab (taklif) yang harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan kemampuannya. Sejauahmana manusia mampu memenuhi taklif, sejauh itu pula ia mempertahankan nilai kemuliaanya/ karamahnya. Sejauhmana manusia mengabdikan dirinya kepada Allah maka selama itu juga ia melaksanakan tanggung jawabnya sebagai abd. Ini mengandung arti bahwa manusia didalam hidup dan kehidupannya selalu harus beribadah kepada Allah swt. Karena Allah tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Nya. QS. Azzariyat 56: “Tidak Aku jadikan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu”.
Meskipun manusia berstatus sebagai hamba, tapi manusia diberi kedudukan sebagai khalifah Allah dengan berbagai tingkat dan derajatnya, dalam hubungannya secara bertikal dengan Allah ataupun hubungan horizontal sejajar antar sesama manusia. Khalifah sebagai pengganti, ia diberi wewenang terbatas sesuai dengan potensi diri dan posisinya. Namun manusia harus faham bahwa wewenang itu pada dasarnya adalah tugas yang harus di emban dengan penuh tanggung jawab.Tugas khalifah dalam Al Qur’an biasa disebut imaratul ardh (memakmurkan bumi) dan ibadatullah (beribadah kepada Allah). Allah menciptakan manusia dari bumi ini dan menugaskan manusia untuk melakukan imarah dimuka bumi dengan mengelola dan memeliharanya. Karena manusia dalam melaksanakan tugas dan wewenang imarahnya sering melampaui batas, sering melanggar dan bahkan mengambil hak saudaranya, maka Allah meberikan solusi dengan cara bertaubat kepada-Nya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep manusia  ?
2. Hal-hal apa saja yang berhubungan dengan manusia ?


C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami bagaimana konsep manusia.
2. mengetahui dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan manusia.
                  




































        BAB II

 PEMBAHASAN

A.   Hakikat Manusia

Manusia adalah makhluk yang serba ingin tahu pada mulanya mengenai dirinya sendiri dan akhirnya disadari bahwa dirinya terdiri dari dua unsur yaitu rohani dan jasmani. Manusia juga merupakan makhluk yang cerdas atau bijaksana sehingga dapat berfikir. Manusia menurut Allah adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT dari tanah liat kering dan diberikan ruh ke dalam jasad manusia ini dan makhluk yang dimuliakan atas segala ciptaan-Nya.Allah telah menurunkan Al Qur’an yang diantara ayat-ayat-Nya adalah gambaran tentang manusia.
Manusia adalah makhluk Allah sangat istimewa, kedudukan dan tingkatnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk Allah yang lain, seperti hean, tumbuh-tumbuhan, bahkan malaikat. Keistimewaan manusia dari makhluk Allah yang lain terletak pada hal-hal berikut :
1.     Manusia memiliki bentuk atau postur dan struktur tubuh yang lebih baik baik dan lebih cantik atau tampan daripada hewan. Dengan postur dan struktur tubuh yang baik tersebut memungkinkan manusia mempunyai kesanggupan dan kemamouan untuk mencapai dan memperoleh berbagai kemajuan dalam hidupnya. Keunggulan postur dan struktur tubuh ini telah difirmankan Allah dalam surat At-Tin ayat 14 yang berbunyi :

Artinya  : “ sesungguhnya kami (Allah) telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. 95 : 5)

2.     Manusia memiliki rohani atau jiwa yang sempurna. Jiwa manusia menurut ahli jiwa mempunyai tiga daya yaitu daya cipta, yang berpusat pada akal pikiran, daya rasa yang berpusat pada hati dan daya karsa atau kemauan yang berpusat di hawa nafsu. Masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Dengan daya cipta atau pikiran, manusia dapat mengetahui benar dan salah, dapat menggali daan mempelajari IPTEK dan menghasilkan teknologi dengan daya rasa, manusia bisa memilih dan menimbang baik dan buruk, indah dan tidak indah, patut dan tidak patut dan sebagainya, sehingga lahir karya-karya manusia dibidang kesenian. Dengan karsa atau hawa nafsu, manusia disorong stsu dimotivasi agar selalu berbuat sesuatu yang bersifat dinamis dan kreatif. Prestasi manusia dalam berbagai bidang, seperti bidang keilmuan, teknologi, kesenian, keolahragaan dan sebagainya disebabkan adanya peranan dari daya karsa atau kemauan. Ketiga daya atau potensi (cipta, rasa dan karsa) tersebut bekerja secara kolektif sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Manusia tidak akan mampu menghasilkan suatu karya ilmiah, tanpa peranan perasaan dan kemauan. Demikian juga, manusia mustahil bisa melahirkan karya-karya yang berkwalitas tinggi tanpa aktifnya fungsi akal dan kemauan.
3.     Manusia diberi beban atau amanat (tugas dan tanggung jawab) oleh Allah sebagai khalifah di bumi yakni sebagai penguasa yang mengatyr, memakmurkan dan melestarikan bumi dan segala isinya dengan sebaik-baiknya.
Sebagai pedoman dalam menjalankan tugas kekhalifahan manusia disamping diberi dan dibekali dengan potensi dasar sebagaimana tersebut di atas Allah menurunkan wahyu atau agama melalui para Nabi dan Rosul agar manusia dapat menjalankan pengabdiannya dengan sebaik-baiknya.

Dari aspek historis, disebut dengan Bani Adam“Hai bani Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Seunguhnya Allah tidak menyukai orang – orang yang berlebih – lebihan”(QS. Al-A’raf:31)
Dari aspek biologis, disebut dengan Basyar “Dan berkatalah pemuka – pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat(kelak) dan yang telah (Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia)(orang) ini tidak lain hanyalah manusia (basyar) seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan dan minum dari apa yang kamu minum”(QS. Al-mu’minuun : 24)
Dari aspek kecerdasan, disebut dengan Insan “Dia menciptakan manusia (insan).mengajarnya pandai berbicara”(QS. Ar-rohman : 3-4)
Dari aspek sosiologis, disebut dengan An-Nas “Wahai manusia(nas) sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang – orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”(QS. Al- Baqoroh : 21)
Dari aspek posisinya, disebut dengan Hamba “Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka? jika Kami menghendaki niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar – benar terdapat tanda ( kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali kepadanya”(QS. Saba’: 9)

B.   Hal-hal yang berhubungan dengan manusia
1.     Potensi manusia
Al-quran ketika membicarakan manusia, yang banyak dijelaskan adalah sifat-sifat dan potensi yang melekat padanya. Dalam hal ini ditemukan banyak ayat Al-quran yang memuji dan memuliakan manusia, dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-baiknya (QS. 95 : 4) dan  penegasan tentang dimuliakannya manusia dibanding dengan makhluk-makhluk lainnya (QS. 17: 70) . di lain pihak Alquran memberi celaan kepada manusia karena amat aniaya kepada dirinya dan orang lain, dan mengingkari nikmat (QS. 14 : 34), banyak membantah (QS. 18 : 54) dan bersifit keluh kesah dan kikir (QS. 70 : 19) dan sebagainya.
2.     Fitrah manusia
Secara eetimologi, kata fitrah terambil dari akar kata al –fathar yang berarti belahan. Dari kata al-fathar memunculkan beberapa makna antara lain : “penciptaan atau kejadian”.  Fitrah manusia adalah kejadian awal penciptaan atau bawaan sejak lahirnya.
3.     Nafs manusia
Kata nafs dalam Al-quran mempunyai banyak makna, diantaranya bermakna sebagai totalitas manusia. Hal ini sebagaiman firman Allah swt. Dalam surat Al-maidah ayat 32 yang artinya “ barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya”.
4.     Qalb manusia
Kata qalb terambil dari akar kata qalaba yang bermakna membalik, karena sering kali ia berbolak-balik, terkadang senang dan terkadang susah, terkadang setuju dan terkadang menolak. Qalb amat berpotensi untuk tidak konsisten. Al-quran menggambarkan makna demikian yakni ada qalb yang baik dan ada pula qalb yang buruk. Hal ini sebagaimana firman Allah swt. Dalam surat Qaf ayat 37 yang artinya : “sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang memiliki qalbu, atau yang mencurahkan mencurahkan pendengarannya lagi menjadi saksi”.
5.     Ruh manusia
Berbicara tentang ruh, Allah mengimgatkan kita akan firman-Nya dalam surat Al-isra’ ayat 85 yang artinya :  Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katanlah “ Ruh adalah urusan tuhan-Ku, kami tidak diberi ilmu kecuali sedikt.
     Apa yang dimaksud dengan pertanyaan tentang ruh disini ? apakah substansinya ? kekekalan atau kefanaanya, kebahagiaan atau kesengsaraanya? Tidak jelas. Selain itu, apa yang dimaksud dengan “kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit?” yang dimaksud dengan sedikit itu apa ? apakahyang berkaitan dengan ruh ?, apakah yang sedikit itu adalah ilmu pengetahuan kita dan sebagainya.
6.     Akal manusia
Kata akal secara bahasa berarti tali pengikat atau penghalang. Al-quran memaknai akal sebagai “ sesuatu yang mengikat atau menghalangi seseorang terjerumus dalam kesalahan atau dosa “. Dari konteks ayat-ayat Al-quran yang menggunakan kat akal dapat dipahami antara lain :
a.     Daya untuk memahami dan menggambarkan seperti terdapat dalam QS. Al-Ankabut ayat 43
b.     Dorongan moral, seperti terdapat dalam QS. Al-An’am ayat 151
c.      Daya untuk mengambil pelajaran, hikmah serta kesimpulan.

No comments:

Post a Comment

zona baca

Bahan Ajar Kelas 1 Tema 4 Keluargaku 3 keluarga besarku pembelajaran 4

BAHAN AJAR Tema                 : 4 Keluargaku Subtema            : 3 Keluarga Besarku Pembelajaran    : 4 Tujuan Pembelajaran Dengan ...