MAKALAH
Konsep Manusia dan Hal-Hal yang Berhubungan dengan
Manusia
Pendidikan Agama Islam
DisusunOleh
:
Kelompok
1
1. Mohamad
Yusuf (1401418263)
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
TAHUN
2018
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa kami dapat menyelesaikan tugas tentang konsep manusia dan hal-hal yang berhubungan
dengan manusia ini dengan baik. Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini dan bimbingan yang telah diberikan
kepada kami dalam menyelesaikan makalah untuk mata pelajaran Psikologi
Perkembangan.
Meskipun telah berusaha dengan segenap
kemampuan, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna,
sehingga kritik, koreksi, dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan makalah
kami selanjutnya senantiasa akan kami
terima dengan tangan terbuka.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………..……………….2
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN...…………..….…………………………..4
A. Latar Belakang ………………………...…………………………4
B. Rumusan Masalah …………………………....…………………...5
C. Tujuan …………………………………………………………….5
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………5
A. Konsep Manusia……………….………..……5
B. Hal-Hal yang Berhubungan dengan Manusia……………..…………..5
BAB III PENUTUP …………..……………………………………..8
A.
Kesimpulan ………………………………..…………………...8
B.
Saran …………………………………………….………….…8
DAFTAR PUSTAKA…………………………….…………………8
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LatarBelakang
Manusia
atau yang biasa disebut oleh Allah dalam Al Qur’an dengan sebutan bani adam
mempunyai kedudukan yang sangat mulia, bahkan mahluk Allah yang paling mulia
diantara mahluk-makhluk Allah yang lain. Nilai lebih yang diberikan Allah ini
merupakan pembeda manusia dengan ciptaan Allah yang lain. Namun “kemulian/
karamah” manusia ini ada nilai konsekuensi yang berat. Kenapa? Karena pada diri
manusia terdapat nafsu yang tidak selamanya dapat diajak kompromi untuk
menjalankan ketaatan kepada Allah swt. Nafsu
inilah yang sering membuat manusia tidak konsisten pada nilai kemanusiaanya dan
bahkan sering sekali menelantarkannya dalam kehinaan. Diantara pemberiaan Allah
kepada manusia adalah diberikanya kemampuan fisik dan berfikir. dua kemampuan
ini yang pada dasarnya akan menumbuhkan sumber daya manusia, sekaligus akan
memacu manusia untuk mencapai kualitas terbaiknya, bila di barengi dengan
kemauan untuk berusaha.
Disisi
lain meskipun memiliki nilai karamah/ kemuliaan, manusian dalam Al-Qur’an tetap
sebagai abd/ hamba. seorang hamba berarti dia punya tanggung jawab yang melekat
pada dirinya. Manusia dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah dia mendapatkan
tanggung jawab (taklif) yang harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan
kemampuannya. Sejauahmana
manusia mampu memenuhi taklif, sejauh itu pula ia mempertahankan nilai
kemuliaanya/ karamahnya. Sejauhmana manusia mengabdikan dirinya kepada Allah
maka selama itu juga ia melaksanakan tanggung jawabnya sebagai abd. Ini
mengandung arti bahwa manusia didalam hidup dan kehidupannya selalu harus
beribadah kepada Allah swt. Karena Allah tidak menciptakan jin dan manusia
kecuali untuk beribadah kepada-Nya. QS. Azzariyat 56: “Tidak Aku jadikan jin
dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu”.
Meskipun
manusia berstatus sebagai hamba, tapi manusia diberi kedudukan sebagai khalifah
Allah dengan berbagai tingkat dan derajatnya, dalam hubungannya secara bertikal
dengan Allah ataupun hubungan horizontal sejajar antar sesama manusia. Khalifah
sebagai pengganti, ia diberi wewenang terbatas sesuai dengan potensi diri dan
posisinya. Namun manusia harus faham bahwa wewenang itu pada dasarnya adalah
tugas yang harus di emban dengan penuh tanggung jawab.Tugas khalifah dalam Al
Qur’an biasa disebut imaratul ardh (memakmurkan bumi) dan ibadatullah
(beribadah kepada Allah). Allah menciptakan manusia dari bumi ini dan
menugaskan manusia untuk melakukan imarah dimuka bumi dengan mengelola dan
memeliharanya. Karena manusia dalam melaksanakan tugas dan wewenang imarahnya
sering melampaui batas, sering melanggar dan bahkan mengambil hak saudaranya,
maka Allah meberikan solusi dengan cara bertaubat kepada-Nya.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana konsep manusia ?
2.
Hal-hal apa saja yang berhubungan dengan manusia ?
C. Tujuan
1.
Mengetahui dan memahami bagaimana konsep manusia.
2.
mengetahui dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Manusia
Manusia adalah makhluk yang serba
ingin tahu pada mulanya mengenai dirinya sendiri dan akhirnya disadari bahwa
dirinya terdiri dari dua unsur yaitu rohani dan jasmani. Manusia juga merupakan makhluk yang cerdas atau bijaksana sehingga dapat
berfikir. Manusia menurut
Allah adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT dari tanah liat kering dan
diberikan ruh ke dalam jasad manusia ini dan makhluk yang dimuliakan atas
segala ciptaan-Nya.Allah
telah menurunkan Al Qur’an yang diantara ayat-ayat-Nya adalah gambaran tentang manusia.
Manusia adalah makhluk Allah sangat istimewa, kedudukan dan tingkatnya
lebih tinggi bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk Allah yang lain, seperti
hean, tumbuh-tumbuhan, bahkan malaikat. Keistimewaan manusia dari makhluk Allah
yang lain terletak pada hal-hal berikut :
1.
Manusia
memiliki bentuk atau postur dan struktur tubuh yang lebih baik baik dan lebih
cantik atau tampan daripada hewan. Dengan postur dan struktur tubuh yang baik
tersebut memungkinkan manusia mempunyai kesanggupan dan kemamouan untuk
mencapai dan memperoleh berbagai kemajuan dalam hidupnya. Keunggulan postur dan
struktur tubuh ini telah difirmankan Allah dalam surat At-Tin ayat 14 yang
berbunyi :
Artinya : “
sesungguhnya kami (Allah) telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya (QS. 95 : 5)
2.
Manusia
memiliki rohani atau jiwa yang sempurna. Jiwa manusia menurut ahli jiwa
mempunyai tiga daya yaitu daya cipta, yang berpusat pada akal pikiran, daya
rasa yang berpusat pada hati dan daya karsa atau kemauan yang berpusat di hawa
nafsu. Masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Dengan daya cipta atau
pikiran, manusia dapat mengetahui benar dan salah, dapat menggali daan
mempelajari IPTEK dan menghasilkan teknologi dengan daya rasa, manusia bisa
memilih dan menimbang baik dan buruk, indah dan tidak indah, patut dan tidak
patut dan sebagainya, sehingga lahir karya-karya manusia dibidang kesenian.
Dengan karsa atau hawa nafsu, manusia disorong stsu dimotivasi agar selalu
berbuat sesuatu yang bersifat dinamis dan kreatif. Prestasi manusia dalam
berbagai bidang, seperti bidang keilmuan, teknologi, kesenian, keolahragaan dan
sebagainya disebabkan adanya peranan dari daya karsa atau kemauan. Ketiga daya
atau potensi (cipta, rasa dan karsa) tersebut bekerja secara kolektif sebagai
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Manusia tidak akan mampu
menghasilkan suatu karya ilmiah, tanpa peranan perasaan dan kemauan. Demikian
juga, manusia mustahil bisa melahirkan karya-karya yang berkwalitas tinggi
tanpa aktifnya fungsi akal dan kemauan.
3.
Manusia
diberi beban atau amanat (tugas dan tanggung jawab) oleh Allah sebagai khalifah di bumi yakni sebagai penguasa
yang mengatyr, memakmurkan dan melestarikan bumi dan segala isinya dengan
sebaik-baiknya.
Sebagai pedoman dalam menjalankan tugas kekhalifahan
manusia disamping diberi dan dibekali dengan potensi dasar sebagaimana tersebut
di atas Allah menurunkan wahyu atau agama melalui para Nabi dan Rosul agar
manusia dapat menjalankan pengabdiannya dengan sebaik-baiknya.
Dari aspek historis,
disebut dengan Bani Adam“Hai bani Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) masjid makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Seunguhnya
Allah tidak menyukai orang – orang yang berlebih – lebihan”(QS. Al-A’raf:31)
Dari aspek biologis,
disebut dengan Basyar “Dan berkatalah pemuka – pemuka yang kafir di antara
kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat(kelak) dan yang telah
(Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia)(orang) ini tidak lain hanyalah
manusia (basyar) seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan dan minum
dari apa yang kamu minum”(QS.
Al-mu’minuun : 24)
Dari aspek kecerdasan,
disebut dengan Insan “Dia menciptakan manusia (insan).mengajarnya pandai
berbicara”(QS. Ar-rohman : 3-4)
Dari aspek sosiologis,
disebut dengan An-Nas “Wahai manusia(nas) sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dan orang – orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”(QS. Al- Baqoroh : 21)
Dari aspek posisinya,
disebut dengan Hamba “Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada
di hadapan dan di belakang mereka? jika
Kami menghendaki niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan mereka
gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar – benar
terdapat tanda ( kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali kepadanya”(QS. Saba’: 9)
B.
Hal-hal
yang berhubungan dengan manusia
1.
Potensi
manusia
Al-quran ketika membicarakan manusia, yang banyak
dijelaskan adalah sifat-sifat dan potensi yang melekat padanya. Dalam hal ini ditemukan
banyak ayat Al-quran yang memuji dan memuliakan manusia, dalam bentuk dan
keadaan yang sebaik-baiknya (QS. 95 : 4) dan
penegasan tentang dimuliakannya manusia dibanding dengan makhluk-makhluk
lainnya (QS. 17: 70) . di lain pihak Alquran memberi celaan kepada manusia
karena amat aniaya kepada dirinya dan orang lain, dan mengingkari nikmat (QS.
14 : 34), banyak membantah (QS. 18 : 54) dan bersifit keluh kesah dan kikir
(QS. 70 : 19) dan sebagainya.
2.
Fitrah
manusia
Secara eetimologi, kata fitrah terambil dari akar kata al
–fathar yang berarti belahan. Dari kata al-fathar memunculkan beberapa makna
antara lain : “penciptaan atau kejadian”.
Fitrah manusia adalah kejadian awal penciptaan atau bawaan sejak lahirnya.
3.
Nafs
manusia
Kata nafs dalam Al-quran mempunyai banyak makna,
diantaranya bermakna sebagai totalitas manusia. Hal ini sebagaiman firman Allah
swt. Dalam surat Al-maidah ayat 32 yang artinya “ barang siapa yang membunuh
seorang manusia, bukan karena orang itu, atau bukan karena membuat kerusakan di
muka bumi, seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya”.
4.
Qalb
manusia
Kata qalb terambil dari akar kata qalaba yang bermakna
membalik, karena sering kali ia berbolak-balik, terkadang senang dan terkadang
susah, terkadang setuju dan terkadang menolak. Qalb amat berpotensi untuk tidak
konsisten. Al-quran menggambarkan makna demikian yakni ada qalb yang baik dan
ada pula qalb yang buruk. Hal ini sebagaimana firman Allah swt. Dalam surat Qaf
ayat 37 yang artinya : “sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat
peringatan bagi orang-orang yang memiliki qalbu, atau yang mencurahkan
mencurahkan pendengarannya lagi menjadi saksi”.
5.
Ruh
manusia
Berbicara tentang ruh, Allah mengimgatkan kita akan
firman-Nya dalam surat Al-isra’ ayat 85 yang artinya : Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh.
Katanlah “ Ruh adalah urusan tuhan-Ku, kami tidak diberi ilmu kecuali sedikt.
Apa yang
dimaksud dengan pertanyaan tentang ruh disini ? apakah substansinya ? kekekalan
atau kefanaanya, kebahagiaan atau kesengsaraanya? Tidak jelas. Selain itu, apa
yang dimaksud dengan “kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit?” yang dimaksud
dengan sedikit itu apa ? apakahyang berkaitan dengan ruh ?, apakah yang sedikit
itu adalah ilmu pengetahuan kita dan sebagainya.
6.
Akal
manusia
Kata akal secara bahasa berarti tali pengikat atau
penghalang. Al-quran memaknai akal sebagai “ sesuatu yang mengikat atau
menghalangi seseorang terjerumus dalam kesalahan atau dosa “. Dari konteks
ayat-ayat Al-quran yang menggunakan kat akal dapat dipahami antara lain :
a.
Daya
untuk memahami dan menggambarkan seperti terdapat dalam QS. Al-Ankabut ayat 43
b.
Dorongan
moral, seperti terdapat dalam QS. Al-An’am ayat 151
c.
Daya
untuk mengambil pelajaran, hikmah serta kesimpulan.
No comments:
Post a Comment