Thursday, October 10, 2019

Notasi


1.      Notasi
Notasi adalah lambang – lambang matematis yang telah disepakati yang mempunyai makna tertentu. Contoh :
1)      Notasi yang berkaitan dengan obyek (misalnya himpunan, matriks,vector)
2)      Notasi yang berkaitan dengan operasi atau pengerjaan (misalnya +, -,×, : ,  dan p )
3)      Notasi yang berkaitan dengan hubungan unsur- unsur ( misalnya = , >, < ,   , | )
4)      Notasi yang berkaitan dengan pernyataan yang menjelaskan ( misalnya FPB a dan b di tulis dengan (a,b), KPK  a dan b ditulis dengan [a,b] )
5)      Notasi yang berkaitan dengan himpunan, yaitu :

N : Himpunan bilangan asli { 1, 2, 3 …. }
Z : Himpunan bilangan bulat { …, -2, -1 , 0, 1, 2, …}
Z+ : Himpunan bilangan bulat positip
    : { 1, 2, 3,… }
    : { x Î Z | x > 0 }
    : { x Î Z | x ³ 1 }
Q : Himpunan bilangan rasional
   : {  | a, b Î Z dan b ¹ 0 }
Q+ : Himpunan bilangan rasional positif
     : { x Î Q | x > 0 }
R : Himpunan bilangan Real

R+ : Himpunan bilangan real positif
    : {   x Î R | x > 0 }
R- : Himpunan bilangan real negatif
    : {   x Î R | x < 0 }
P : Himpunan bilangan prima
C : Himpunan bilangan  kompleks
   : { x + yi | x, y Î R, i2 = -1 }
C*: Himpunan bilangan kompleks tidak nol
Beberapa notasi yang lain terdapat di dalam uraian- uraian yang terkait dengan definisi dan penjelasan di dalam pembahasan. Notasi yang berkaitan dengan penjumlahan yaitu  (sigma) artinya penjumlahan berulang dan p (pi) artinya perkalian berulang.
Contoh:
1)       = 1+2+3+4 =10
   = 3.12  + 3.22  + 3.32 + 3. 42 + 3.52  = 165
3)     = 22 + 23 + 24 + 25 + 26 + 27 =  128
4)       =  2(3) + 2(4) + 2(5) + 2(6)
                 =  18 + 32 + 50 + 72
                  =  172
5)       = 1.2.3.4.5.6 =  720
6)     = 21.22.23 = 64
Batas atas dan batas bawah dari  dan p dapat di tentukan sembarang bilangan bulat dimana:
·         Batas bawah tidak selalu 1, tetapi bilangan bulat sebarang
·         Batas atas tidak boleh kurang dari batas bawah
·         Huruf i yang digunakan sebagai indeks, disebut variabel dummy, dan huruf i dapat diganti oleh sebarang huruf lain.
Di dalam mencari nilai  dan p  perlu di perhatikan bahwa yang berturut- turut dig anti adalah variabel dummy.
Adapun beberapa notasi lain yang penting adalah :
·         a | b                  : a membagi b, a factor b, b habis dibagi a, b mempunyai factor a
·          (a,b)                : faktor persekutuan terbesar dari a dan b
·         [a,b]                 : kelipatan persekutuan terkecil dari dari a dan b
·         min(x,y)           : nilai yang terkecil dari x dan y
·         max(x,y)          : nilai yang terbesar dari x dan y
·         [x]                    : bilangan bulat terbesar kurang dari atau sama dengan x
·         f(n)                  : fungsi f-Euler dari n
·                         : fungsi jumlah pembagi

2.      Prinsip
Prinsip adalah aturan atau sifat yang di pakai sebagai dasar atau landasan dalam pembuktian. Prinsip dapat diambil dari definisi, aksioma atau dalil yang diambil untuk di gunakan pada bagian lain yang memerlukan. Beberapa prinsip yang akan digunakan dalam uraian berikutnya adalah prinsip urutan, prinsip induksi matematis, dan prinsip logika matematis.
                
A.  Prinsip Urutan
Dari dua bilangan bulat a dan b , a dapat di tentukan hubungan antara a dan b, yaitu a atau a Hubungan ini tetap benar jika a dan b adalah bilangan rasional atau bilangan nyata.
Dengan menggunakan lambang  atau  himpunan bilangan bulat positif Z+ Ì  Z  dapat dinyatakan sebagai :
            Z+ = {  x Î Z | x ³ 1 }  atau Z+ = {  t Î Z | t > 0 }
Untuk himpunan bilangan rasional positif dan himpunan bilangan nyata positif, ternyata Q+ dan R+ tidak dapat dinyatakan dengan menggunakan lambang  , yaitu:
            Q+ = { sÎ Q| s > 0 } dan R+ = { r Î R| r > 0 }
Berbeda dengan Q+ , R+ dan  Z+ mempunyai sifat bahwa setiap A Ì Z+  dan A  f, tentu ada bilangan bulat k Î A sehingga k    x untuk semua x Î A ; k disebut elemen terkecil. Keberadaan elemen terkecil ini tidak berlaku dalam Q+ dan R+. keadaan inilah yang membedakan Z+ dari Q+ dan R+

Prinsip urutan menyatakan bahwa:
            Suatu himpunan S disebut terurut jika setiap X Ì S  dan X  f, maka X mempunyai elemen( unsur) terkecil. Contoh:
1)      Himpunan bilangan asli N adalah terurut karena setiap himpunan bagian dari N yang tidak kosong mempunyai unsur terkecil, atau tidak ada himpunan bagian dari N yang tidak kosong dan tidak mempunyai unsur terkecil.
2)      Himpunan bilangan rasional positif  Q+ adalah tidak terurut karena ada himpunan bagian dari Q+ yang tidak kosong dan tidak mempunyai unsur terkecil, misalnya :    X = { 1,  , …}
3)      Himpunan A = { 3, 4, 5, 6, 7 } adalah terurut sebab setiap X Ì A dan X  f, maka X mempunyai elemen terkecil.
4)      Himpunan B = {-6,-5,-4….} adalah terurut.

B.  Prinsip Logika Matematis
Terdapat empat prinsip logika yang perlu mendapatkan perhatian terutama untuk membahas sifat-sifat di dalam teori bilangan. Dua prinsip pertama berkaitan dengan kuantor dan dua prinsip yang lain berkaitan dengan implikasi.                               
(a) Pernyataan Berkuantor : Pernyataan “Setiap x memenuhi y” tidak dapat dibuktikan dengan memberikan contoh-contoh x yang memenuhi y. sebagai peragaan, pernyataan setiap bilangan prima adalah bilangan ganjil tidak dibuktikan dengan memberikan contoh atau kasus sebanyak-banyaknya.
11 adalah bilangan prima dan 11 adalah bilangan ganjil
13 adalah bilangan prima dan 13 adalah bilangan ganjil
17 adalah bilangan prima dan 17 adalah bilangan ganjil
7 adalah bilangan prima dan 7 adalah bilangan ganjil
Dengan empat contoh di atas apakah sudah ada jaminan bahwa setiap bilangan prima adalah bilangan ganjil? Bagaimanakah jika contoh-contohnya ditambah dengan 37, 41, dan 53? Ternyata tidak setiap bilangan prima adalah bilangan ganjil karena 2 adalah bilangan prima dan 2 adalah bilangan tidak ganjil (bilangan genap).
Tidak berlakunya pernyataan “Setiap x memenuhi y” dapat ditunjukkan dengan memberikan satu contoh x yang tidak memenuhi sifat y. Contoh semacam ini disebut dengan contoh kontra (counter example). Sebagai peragaan yang lain, tidak berlakunya sifat setiap bilangan bulat yang tidak positif adalah bilangan bulat negatif dapat ditunjukkan dengan memberikan suatu contoh yaitu bilangan 0 (nol) adalah bilangan bulat yang tidak positif tetapi bukan bilangan negatif.
Pernyataan “Tidak setiap x memenuhi sifat y” dapat dibuktikan dengan memberikan satu contoh x yang tidak memenuhi sifat y. Sebagai peragaan, pernyataan tidak semua bilangan asli n habis dibagi oleh 3 dapat ditunjukkan kebenarannya dengan memberikan suatu contoh yaitu bilangan asli 5 ( atau yang lain) yang tidak habis dibagi oleh 3.

(b) Bukti Langsung : Pembuktian secara langsung dilakukan berdasarkan pernyataan p yang diketahui, p diproses dengan sifat-sifat yang telah berlaku, akhirnya diperoleh pernyataan q. Pernyataan “Jika p maka q” dapat dibuktikan dengan mendasarkan pada pernyataan p yang diketahui kemudian diarahkan untuk memperoleh pernyataan P1, P2, P3, …, Pn.dan akhirnya diperoleh q.
p → P1 →P2 → P3 → …→ Pn→ q
                                                                                                     
Prinsip modus ponens dan prinsip silogisme memberikan dasar konstruksi pembuktian langsung. Prinsip modus ponens adalah sebagai berikut.
p → q
p
¾¾¾¾
Jadi q.
Prinsip modus ponens adalah sebagai berikut.
p → q
q → r
¾¾¾¾
Jadi p → r
Pernyataan “Kuadrat dari bilangan ganjil adalah bilangan ganjil” dapat dibuktikan secara langsung.  Dalam suatu dalil, pernyataan jika ac membagi bc, maka a membagi b bersesuaian dengan diketahui ac membagi bc, harus dibuktikan a membagi b. Jadi, berangkat dari ac membagi bc sebagai hal yang diketahui, kemudian diproses dengan definisi, dalil, dan aksioma yang sesuai dan sudah diketahui, sehingga akhirnya terbukti a membagi b.

(c) Bukti Tak langsung : Pembuktian tak langsung dapat dilakukan dengan prinsip kontraposisi ataupun kontradiksi.
►Pembuktian dengan prinsip kontraposisi
Dasar pembuktian tersebut adalah prinsip modus tollens berikut.
p ® q
~q
¾¾-¾¾
Jadi ~p
Dalam pembuktian yang dilakukan dengan prinsip kontraposisi, untuk membuktikan p®q, mula-mula dianggap bahwa q tidak benar, dan ternyata menghasilkan ~ p. Hal ini berarti jika p benar maka q benar.
Pernyataan ” Misalkan a bilangan real, dan a ³ 0 . Jika untuk setiap e > 0 berlaku 0 £ a

Bukti:      
Andaikan 0 £ a< e dan a ¹ 0. Dari a³ 0 dan a ¹ 0 diperoleh a > 0 . Karena e sebarang bilangan positif, ambil e =  > 0, maka e < a atau a > e. Hal ini bertentangan dengan pengandaian. Jadi yang benar, 0 £ a

(b) Pembuktian Dengan Kontradiksi : Untuk membuktikan bahwa ” p ® q” benar, ditunjukkan bahwa ”p dan ~q” mengakibatkan sesuatu pertentangan. Prinsip kontradiksi dalam pembuktian tak langsung adalah sebagai berikut.
[~ p ® (q Ù ~q)] ® p
Pembuktian tak langsung ini berangkat dari suatu anggapan benar. Kemudian anggapan benar ini dijalankan dengan hal-hal yang diketahui atau sifat yang telah tersedia, ternyata menghasilkan sesuatu yang bertentangan (kontradiksi) atau sesuatu yang mustahil, yang berarti bahwa anggapan yang diambil semula adalah tidak benar (salah).
Pernyataan ”Jika a bilangan real dan a > 0 maka  > 0 ” dapat dibuktikan dengan kontradiksi
Bukti :
Diketahui a bilangan real dan a > 0 . Andaikan  £ 0. Selanjutnya digunakan prinsip bahwa hasil kali bilangan positif dan bilangan negatif adalah negatif, sebagai berikut.
Untuk  < 0 berarti a ×  < 0 Û 1 < 0 dan untuk  = 0 berarti a ×  =0 Û 1= 0 sehingga untuk  £ 0 berakibat 1 £ 0 . Hal ini kontradiksi dengan sifat bilangan 1 bahwa 1 > 0 .
Jadi yang benar, a > 0 maka  > 0 .

Ø  Prinsip Induksi Matematis : Prinsip induksi matematis sering digunakan sebagai satu cara untuk membuktikan berlakunya suatu hubungan atau suatu dalil.
Prinsip induksi matematis menyatakan bahwa:
S adalah himpunan bilangan asli
Jika: a. 1 ϵ S
        b. k ϵ S berakibat (k+1) ϵ S
maka memuat semua bilangan asli yaitu S = N

Contoh :
1+2+3+…+ n =  untuk setiap n ϵ N
1 ϵ S sebab untuk n=1, ruas kiri bernilai 1 dan ruas bernilai  =1
Sehingga ruas kiri dan ruas kanan bernilai sama
Anggaplah k ϵ S,yaitu:
1+2+3+…+ k =
Harus ditunjukan (k+1) ϵ S, yaitu harus ditunjukan:
            1+2+3+…+ k + (k+1) =
            1+2+3+…+ k + (k+1) =
Karena:          
1+2+3+…+ k =
Maka:
            1+2+3+…+ k + (k+1) =  + (k+1)

                                                =  + 
                                                =           
                                                =    
            1+2+3+…+ k + (k+1) =

Karena (k+1) ϵ S maka sesuai dengan prinsip induksi matematis, S = N
Yaitu:  1+2+3+…+ n =  untuk setiap n ϵ N


3.       Konjektur (Conjecture)
            Dalam teori bilangan terdapat masalah-masalah yang belum terselesaikan atau belum terpecahkan, yang dinamakan konjektur. Konjektur (Conjecture = dugaan, perkiraan) yaitu suatu pernyataan yang kebenarannya belum diketahui atau belum dapat dibuktikan.
Beberapa konjektur dalam teori bilangan antara lain adalah sebagai berikut :
(1) Konjektur Fermat
a. Untuk semua bilangan bulat x, maka x2 -x -41 adalah bilangan prima, kecuali
x =41
Contoh :
Untuk x=1, maka x2 -x + 41 =41
Untuk x=2, maka x2 -x + 41 = 43
Untuk x=3, maka x2 -x + 41 = 47
Untuk x=4, maka x2 -x + 41 = 53
Untuk x=5, maka x2 -x + 41 = 61

b. adalah bilangan prima.
Contoh :
Untuk n=0, maka  = = 3                            (bilangan prima)
Untuk n=1, maka  = = 5                            (bilangan prima)
Untuk n=2, maka  = = 17                          (bilangan prima)
Untuk n=3, maka  = = 257                         (bilangan prima)
Untuk n=4, maka  = = 65537                   (bilangan prima)
Untuk n=5, maka  = = 4294967297         (bilangan prima)
c. Untuk n ³ 3, tidak ada bilangan bulat positif x,y,z yang memenuhi
Konjektur ini disebut Fermat’s Last Theorem (teorema terakhir Fermat). Sampai
Fermat meninggal, belum ditemukan bilangan bulat n yang memenuhi

(2) Konjektur Lagrange
Setiap bilangan asli dapat dinyatakan sebagai jumlah dari empat bilangan kuadrat.
Contoh :
999 =

(3) Konjektur Goldbach
a. Setiap bilangan bulat positif genap lebih dari 4 merupakan jumlah dua bilangan prima ganjil.
Contoh :
6 = 3 + 3                                              8 = 3 + 5
10 = 3 + 7                                            12 = 5 + 7   
14 = 3 + 11                                          30 = 23 + 7
b. Setiap bilangan bulat positif ganjil lebih dari 8 merupakan jumlah tiga bilangan prima ganjil.
Contoh :
9 = 3 + 3 + 3                                       11 = 3 + 3 + 5
13 = 3 + 5 + 5                                     19 = 5 + 7 + 7
37 = 11 + 13 + 13                               101 = 47 + 43 + 11
c. Setiap bilangan genap yang lebih besar dari 2 dapat dinyatakan sebagai jumlah dari dua bilangan prima.
Contoh :
4 = 2 + 2                                              6 = 3 + 3                                              20 = 7 + 13
50 = 3 + 47                                          100 = 29 + 71

 (4) Konjektur tentang Bilangan Perfek
Bilangan perfek adalah suatu bilangan bulat positif yang jumlah semua pembagi
sejatinya yang positif sama dengan bilangan itu sendiri. Dengan kata lain, Bilangan Perfek adalah Bilangan komposit yang jumlah pembaginya tidak termasuk dirinya, sama dengan dirinya sendiri.
Contoh:
6, 28, 496, 8128, dan 33.550.336.
Pembagi sejatinya 6 adalah 1,2, dan 3; maka,1 + 2 + 3 = 6.
Pembagi sejatinya 28 adalah 1,2,4,7, dan 14; maka, 1+ 2 + 4 + 7 +14 = 28
Pembagi sejatinya 496 adalah 1,2,…, dan 248; maka, 1+ 2 +...+ 248 = 496 
              
Terdapat beberapa konjektur yang berkaitan dengan bilangan perfek, yaitu :
a. Banyaknya bilangan perfek adalah takhingga
b. Semua bilangan perfek adalah genap
c. Jika ) adalah bilangan prima, maka )) adalah bilangan perfek.

(5) Konjektur tentang Twin Primes (Pasangan Prima)
Twin Primes (Pasangan prima) adalah dua bilangan prima berurutan yang berselisih 2. Contoh:
3 dan 5; 5 dan 7; 11 dan 13; 17 dan 19; 29 dan 31; 41 dan 43.
Suatu konjektur yang berkaitan dengan Twin Primes (Pasangan prima) adalah :
Banyaknya pasangan prima (twin prime) adalah tak hingga.

(6) Konjektur tentang pasangan dua bilangan bersekawan (Amicable)
Bilangan bersekawan ( Amicable) adalah pasangan dua bilangan bulat positif yang masing-masing jumlah pembaginya yang positif (tidak termsuk bilangannya) sama dengan bilangan yang lain. Dengan kata lain, Bilangan bersekawan (Amicable) adalah Sepasang bilangan komposit a dan b dimana jumlah faktor-faktor dari a tidak termasuk a sama dengan b dan Jumlah factor-faktor dari b tidak termasuk b sama dengan a.
Contoh: 220 dan 284; 1184 dan 1210; 17296 dan 18416.
Pembagi 220 yang positif adalah 1, 2, 4, 5, 10, 11, 20, 44, 55, 110
Jumlah pembagi 220 yang positif adalah 1 + 2 + 4 + 5 + 10 + 11 + 20 + 44 + 55 + 110 = 284
Pembagi 284 yang positif adalah 1, 2, 4, 71, 142
Jumlah pembagi 284 yang positif adalah 1 + 2 + 4 + 71 + 142 = 220

Suatu konjektur yang berkaitan dengan Bilangan bersekawan (Amicable) adalah :
Terdapat tak hingga banyaknya pasangan bilangan bersekawan (Amicable).
(Sumber : febrizaandhini27.blogspot.com/2013/01/notasiprinsip-dan-konjektur.html?m=1)


4.      Keterbagian dan Sifat – Sifatnya
Pembagian bilangan bulat merupakan bahan pelajaran matematika yang sudah diberikan di sekolah dasar. Bahan pelajaran ini diperluas penggunaannya sampai pada pemfaktoran prima, faktor persekutuan terbesar (FPB), kelipatan persekutuan terkecil (KPK), dan keterbagian oleh bilangan tertentu (misalnya keterbagian oleh 2,3, atau 9). Untuk memberikan dasar atau landasan yang lebih kuat kepada guru matematika di sekolah, maka mereka perlu  belajar lebih mendalam tentang konsep-konsep dasar keterbagian.
Keterbagian (divisibility) merupakan dasar pengembangan teori bilangan, sehingga konsep-konsep keterbagian akan banyak digunakan didalam sebagian besar uraian atau penjelasan matematis tentang pembuktian teorema. Keadaan inilah yang memberikan gagasan tentang perlunya definisi keterbagian. Keterbagian atau divisibility adalah sudut pandang matematika yang mempelajari suatu bilangan yang habis oleh bilangan lain.

II.        SIFAT-SIFAT KETERBAGIAN
Teorema 1                                                         
Jika a, b, dan c adalah bilangan bulat dengan a│b dan  b│c maka a│c.
Bukti  :  a│b dan b│c maka menurut Definisi, terdapat bilangan bulat m dan n sedemikian sehingga   c = bn = (am)n = a(mn). Jadi, c = a(mn). Untuk suatu mn = p  anggota bilangan Bulat maka c = ap Akibatnya menurut Definisi, a│c.
Teorema 2
Jika a, b, dan c adalah bilangan bulat dengan c│a dan c│b maka c│(am+bm). untuk suatu m,n anggota bilangan bulat.
Bukti
            c│a dan c│b maka terdapat bilangan bulat x dan y sedemikian sehingga a =cx dan b =cy
Sehingga, am = c(xm) dan  bn =c(yn). untuk suatu xm = p dan (yn)=q, Maka:
 am + bn = c(p+q). Akibatnya,c│(am+bn).
Teorema 3 (Buchmann, 2002: 3)
a.          Jika a│b dan b ≠ 0 maka |a| ≤ |b|.
b.         Jika a│b dan b│a maka |a| = |b|.
Bukti
a.          Jika  a│b dan b ≠ 0 maka menurut Definisi, terdapat  m ≠ 0
sedemikian sehingga b = am.
Karena b = am maka |b| = |am| ≥ |a| sehingga, |a| ≤ |b|.
b.         Andaikan  a│b dan b│a.  Jika a = 0 maka b = 0 dan jika a ≠ 0  maka b ≠ 0.
Selanjutnya,
Jika  a ≠ 0 dan  b ≠ 0 maka sesuai dengan Teorema 3a, |a| ≤ |b| dan |b| ≤ |a| sehingga |a|
(Sumber : berlayarjauh.blogspot.com/2012/09/keterbagian-sifat-sifatnya-serta.html?m=1)

5.      Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)
Faktor Persekutuan Terbesar atau yang familiar disebut sebagai FPB dari dua bilangan merupakan bilangan bulat positif terbesar yang dapat membagi habis kedua bilangan tersebut. Terdapat beberapa metode untuk mencari FPB, yaitu :
1. Menggunakan Faktor Persekutuan
Faktor persekutuan merupakan  faktor yang sama dari dua bilangan atau lebih dan FPB itu sendiri adalah nilai paling besar dari faktor persekutuan dua bilangan atau lebih itu. Contoh:
carilah  FPB dari 4, 8 dan 12?
Penyelesaian :
Faktor dari 4 adalah = {1, 2, 4}
Faktor dari 8 adalah = {1, 2, 4, 8}
Faktor 12 adalah= {1, 2, 3, 4, 6, 12}
Faktor persekutuannya adalah 1, 2, 4
Nilai yang terbesar adalah 4, sehingga FPBnya adalah 4



2. Menggunakan Faktorisasi Prima
Pada cara ini kita ambil bilangan faktor yang sama, selanjutnya ambil yang terkecil dari 2 atau lebih bilangan. Contoh:
a. carilah  FPB dari 4, 8 dan 12?
Penyelesaian :
buatlah  pohon faktornya

sehingga faktor dari 4, 8 dan 12 yang sama adalah 2, dan  yang terkecil adalah 2² = 4
Maka FPB dari 4, 8 dan 12 adalah 4

b.Tentukan FPB dari bilangan 20 dan 30

2 dan 5 adalah bilangan prima yang sama-sama terdapat faktorisasi prima kedua pohon faktor.
Pangkat terendah dari 2 adalah 1.
Pangkat terendah dari 5 adalah 1.
Maka FPB =  2 X 5  =  10

3. Menggunakan Tabel
Cara tabel ini yaitu dengan membagi bilangan yang dicari menggunakan bilangan prima.
contoh :

6.      Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)
Kelipatan Persekutuan Terkecil atau lebih dikenal dengan sebutan KPK dari dua bilangan merupakan bilangan bulat positif terkecil yang dapat habis dibagi oleh kedua bilangan tersebut. Dalam mencari nilai KPK dari bilangan dapat digunakan beberapa metode, antara lain :
1. Menggunakan Kelipatan Persekutuan
Kelipatan persekutuan merupakan kelipatan yang sama dari dua bilangan atau lebih . KPK adalah nilai terkecil dari kelipatan persekutuan 2 atau lebih bilangan.
Contoh:
carilah  KPK dari 4 dan 8?
Jawab :
Kelipatan 4 adalah = {4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, ….}
Kelipatan 8 adalah = {8, 16, 24. 32. 40, 48, 56, …}Kelipatan persekutuannya adalah 8, 16, 24, 32, …    ( kelipatan yang sama dari 4 dan 8)
Nilai yang terkecil adalah 8, sehingga KPKnya adalah 8
2. Menggunakan Faktorisasi Prima
Hal yang harus dilakukan dalam mencari KPK menggunakan cara faktorisasi prima yaitu mengalikan semua bilangan faktor dan apabila ada yang sama ambil yang terbesar, apabila keduanya sama ambil salah satunya
Contoh:
carilah KPK dari 8, 12 dan 30
Jawab :
buat pohon faktornya

faktor 2 yang terbesar àdalah 23
faktor 3 nilainya sama untuk 12 dan 30à ambil salah satunya saja yaitu 3
faktor 5 ada 1 à ambil nilai 5
sehingga KPKnya adalah 23 x 3 x 5 = 120
3. Menggunakan Tabel
Sama hal nya dengan mencari FPB, hakikatnya cara ini memiliki prinsip yang sama
contoh :
(Sumber : Kpk fpb rumus-matematika.com/cara-mencari-kpk-dan-fpb)

7.      Keprimaan


8.      Ciri  - Ciri Habis Dibagi
Konsep pembagian akan selalu menyertakan antara bilangan yang dibagi dan pembagi. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi ketika bilangan yang dibagi dan pembagi dioperasikan yaitu : bilangan yang dibagi akan habis dibagi dan kemungkinan kedua bilangan yang dibagi akan memiliki sisa hasil pembagian. Untuk pembahasan kita kali ini kita akan fokus membahas mengenai bilangan yang habis dibagi.

Apakah yang dimaksud dengan bilangan yang habis dibagi?. Bilangan yang habis dibagi maksudnya bilangan yang tidak memiliki sisa jika dibagi dengan suatu bilangan. Maksudnya bagaimana ?. Biasanya saat kita membagi terutama yang bagi kurung, kita selalu menuliskan hasil baginya di atas bagi kurungnya, setelah itu kita kalikan. Hasil perkalian antara hasil dan pembagi kita taruh di bawah bilangan pokok yang dibagi. Kemudian kita kurangi. Saat mengurangi ini, jika pengurangannya bernilai nol maka pembagi itu dikatakann bisa membagi habis bilangan tersebut. Inilah yang disebut habis dibagi yaitu tidak bersisa.
Ciri dan karakter bilangan yang habis dibagi 2
Pada prinsipnya semua bilangan bisa dibagi dua. Tetapi untuk bilangan yang habis dibagi dua itu memiliki ciri – ciri : angka satuannya 0, 2 , 4, 6, dan 8 ( dalam artian semua bilangan yang s
atuannya angka nol dan angka genap maka bilangan itu akan habis dibagi dua).

Ciri dan Karakter bilangan yang habis dibagi 3
Untuk bilangan yang habis dibagi 3, dia memiliki ciri dan karakteristik sebagai berikut : jumlah semua digitnya habis dibagi tiga. Maksudnya bagaimana?. Maksudnya dalam suatu bilangan itu berapa ada angka itu kita jumlahkan semuanya, jika hasilnya bisa dibagi tiga, maka bilangan itu dikatakan bisa dibagi tiga. Kalau masih bingung kita langsung saja lihat contohnya.

Ciri dan Karakteristik bilangan yang habis dibagi 4
Ciri – ciri suatu bilangan yang habis dibagi dengan angka 4 adalah dua angka terakhirnya habis dibagi dengan 4 ( empat ).Contoh :
Apakah 234564 habis dibagi dengan 4 ?.
Jawab :
Kita cek dua angka terakhir pada bilangan di atas yaitu 64. Kita tahu 64 habis dibagi 4. Maka 234564 juga habis dibagi 4.

Ciri - ciri bilangan yang habis dibagi dengan 5
Ciri – ciri suatu bilangan yang habis dibagi dengan 5 yaitu angka terakhir bilangan itu adalah angka nol dan lima. Contoh :
Apakah 4567897680 habis dibagi 5 ?. jawabnya : ya. Karena angka satuan bilangan itu adalah nol.

Ciri – ciri bilangan yang habis dibagi 6
Ciri – ciri suatu bilangan yang habis dibagi 6 ( enam ) adalah bilangan tersebut adalah bilangan genap kemudian penjumlahan dari semua digitnya habis dibagi 3 ( tiga ). Maksudnya bagaimana ?. pertama, kita pastikan dulu bilangan yang akan kita cek apakah sudah bilangan genap. Jika bilangan yang kita cek adalah bilangan genap, selanjutnya kita jumlahkan semua digitnya, apakah bisa habis dibagi 3. Contoh :
Apakah 2736 habis dibagi 6 ?.
Jawab :
Pertama kita perhatikan bilangan 2736 merupakan bilangan genap.
Setelah itu kita jumlahkan semua digitnya : 2 + 7 + 3 + 6 = 18. Kita tahu 18 habis dibagi 3. Maka 2736 habis dibagi 6.

Ciri – ciri bilangan yang habis dibagi 7
Untuk mengenali suatu bilangan habis dibagi 7 yaitu satuan dari bilangan tersebut kita kalikan dua. Kemudian kita pakai untuk mengurangi angka sebelumnya. Jika hasil pengurangan ini bisa dibagi 7 maka bilangan tersebut habis dibagi 7. Contoh :
Apakah 8638 habis dibagi 7 ?.
Jawab :
Pertama kita kalikan satuannya dengan angka 2 ( dua ) yaitu 2 x 8 = 16. Kemudian ini dipakai untuk mengurangi angka sebelumnya :
863 – 16 = 847
Karena 847 masih besar juga, kita ambil lagi satuannya untuk dikali 2. Sehingga 2 x 7 = 14.
Angka sebelumnya kita kurangi dengan 14.
84 – 14 = 70. Terlihat bahwa 70 habis dibagi dengan 7. Maka bisa disimpulkan bahwa 8638 habis dibagi 7.

Ciri suatu bilangan yang habis dibagi 8
Ciri – ciri suatu bilangan yang habis dibagi 8 adalah tiga digit terakhirnya bisa dibagi dengan 8 ( delapan). Contoh 1:
Apakah 3648 habis dibagi 8?.
Jawab :
Kita lihat tiga digit terakhir bilangan itu. Yaitu 648. Kita tahu 648 bisa dibagi 8. Maka 3648 habis dibagi 8.
Contoh 2 :
Apakah 12345786256 habis dibagi 8 ?.
Jawab : Kita lihat digit terakhir bilangan itu yaitu 256. Kita tahu 256 habis dibagi 8. Maka bilangan 12345786256 pun habis dibagi 8.

Ciri bilangan yang habis dibagi 9
Cirri-cirinya adalah jumlah semua digit bilangan itu habis dibagi 9. Contoh :
Apakah 2341341 habis dibagi 9 ?
Jawab :
Kita jumlahkan semua digitnya : 2 + 3 + 4 + 1 + 3 + 4 + 1 = 18. Kita tahu 18 habis dibagi 9. Maka bilangan 2341341 habis dibagi 9.
(Sumber :  ilmuhitung.com/bilangan-habis-dibagi/)


Ada beberapa istilah bilangan pada Matematika, yakni Bilangan Real, Rasional, Irrasional, Bulat, Asli, Prima, dan Bilangan Cacah, pengertian ini merupakan sebuah dasar dalam ilmu matematika. Bila sobat tidak hafal maupun tahu tentang beberapa bilangan matematika, maka nantinya akan sulit. Dalam tingakatan SD, SMP, dan SMA bilangan ini sering dibahas, maka dari itu berikut masing-masing pengertiannya.



1.        Sistem Bilangan Real Didalam kajian bilangan dalam matematika, sistem bilangan pertama yang dikenal manusia adalah bilangan Asli yang disingkat dengan N (Natural). Selanjutnya manusia mengenal bilangan 0 dan bilangan negatif, sehingga bilangan asli menjadi Bilangan Bulat (Z). Pada sistem bilangan bulat yang dilengkapi operasi tambah (+) dan operasi kali (. atau ´) akan membentuk suatu ring (gelanggang) yang memenuhi sifat-sifat.




Sifat-sifat bilangan Real

a.      Aksioma Medan
Bilangan Riil dalam operasi penjumlahan dan perkalian memenuhi aksioma berikut ini. Misalkan x dan y merupakan bilangan riil dimana x+y suatu operasi penjumlahan dan xy suatu operasi perkalian.
Aksioma 1 ( hukum komutatif ) yaitu x+y=y+x dan xy=yx
Aksioma 2 ( hukum asosiatif ) yaitu x+(y+z)=(x+y)+z dan x(yz)=(xy)z
Aksioma 3 ( hukum distributif ) yaitu x(y+z)=xy+xz
Aksioma 4 (eksistensi unsur identitas). Identitas untuk penjumlahan 0 dan untuk perkalian 1 yang menjadikan 0+x=x dan 1.x=x.
Aksioma 5 (eksistensi negatif / invers) terhadap penjumlahan dimana x+y=0 maka dapat ditulis y=-x.
Aksioma 6 (eksistensi resiprokal/invers) terhadap perkalian dimana xy=1 sehingga kita dapat melambangkan y=1/x

1.) Sifat Komutatif (pertukaran) :
penjumlahan : x+y = y+x
contoh : 2+3 = 3+2
Perkalian : x.y = y.x
contoh : 2.3 = 3.2
2.) Sifat Asosiatif (pengelompokan)
Penjumlahan : (x+y)+z = x+(y+z)
contoh : (2+3)+0,5 = 2+(3+0,5)
perkalian : (x.y).z = x.(y.z)
contoh : (2.3).0,5 = 2.(3.0,5)
3.) Sifat eksistensi bilangan 0
terdapat 0 elemen 
 sedemikian hingga 0 + a = a dan a + 0 = a
contoh : 0 + 2 = 2+0
4.) Sifat eksistensi elemen negatif atau invers penjumlahan
untuk setiap a elemen 
 terdapat -a elemen  sedemikian hingga a + (-a) = 0 dan (-a) + a = 0
contoh : (-5) + 5 = 0 dan 5 + (-5) = 0
5.) Sifat eksistensi elemen unit 1
 Terdapat 1 elemen 
 sedemikian hingga 1.a = a dan a.1 = a
contoh : 1. 2,4 = 2,4 . 1
6.) Sifat eksistensi invers perkalian
Untuk setian a elemen 
 dengan a bukan sama dengan nol, terdapat 1/a elemen sedemikian sehingga (1/a) . a = 1 dan a. (1/a) = 1
contoh : (1/5).5 = 1
7.) Sifat Distributif (penyebaran)
     x.(y+z) = (x.y) + (x.z) dan (y + z).x = (y.x) + (z.x)
     contoh : 4.(2+3) = (4.2) + (4.3)
Himpunan yang memenuhi aksioma-aksioma diatas disebut medan, oleh karena itu aksioma-aksioma diatas disebut aksioma medan.
b.      Aksioma Urutan
Disini kita akan mengasumsikan terdapat R+ yaitu bilangan riil positif, misalnya x dan y anggota R+, maka akan memenuhi aksioma :
Aksioma 7 yaitu xy dan x+y anggota R+.
Aksioma 8 yaitu untuk setiap x≠0 , x anggota R+ atau -x anggota R+, namun tidak mungkin keduanya sekaligus.
Aksioma 9 yaitu 0 bukan merupakan anggota R+.
c.       Aksioma Kelengkapan
Aksioma 10 yaitu setiap anggota bilangan riil S yang memiliki batas atas memiliki supremum, yaitu ada bilangan riil B sehingga B=sup(S).

1.      Fungsi Trigonometri
Fungsi trigonometri meliputi fungsi sinus, cosinus, tangen dan fungsi kebalikan dari ketiga fungsi tersebut. Persamaan fungsi trigonometri dapat dilihat seperti penjelasan berikut :
Cara untuk mengingat fungsi trigonometri dapat dilakukan dengan “Jembatan Keledai” :
Sin = De/Mi
Cos = Sa/Mi
Tan = De/Sa
ü  SinDeMi : Sinus Depan Miring
Sin α = Sisi depan
            Sisi miring
ü  CosSaMi : Cosinus Samping Miring
Cos α = Sisi samping
             Sisi miring
ü  TanDeSa : Tangen Depan Samping
Tan α = Sisi depan
             Sisi samping
2.      Limit Yang Melibatkan Fungsi Trigonometri
Limit Trigonometri adalah nilai terdekat pada suatu sudut fungsi trigonometri. Perhitungan limit fungsi ini bisa langsung disubtitusikan seperti misalnya limit fungsi aljabar namun ada fungsi trigonometri yang harus diubah dahulu ke identitas trigonometri untuk limit yang tak tentu yaitu limit yang apabila langsung disubtitusikan nilainya bernilai 0, bisa juga untuk limit tak tentu tidak harus memakai identitas tetapi menggunakan teorema limit trigonometri atau ada juga yang memakai identitas dan teorema. Maka apabila  suatu fungsi limit trigonometri disubtitusikan nilai yang mendekatinya mengahsilkan dan maka harus menyelesaikan dengan cara lain.
Untuk menentukan nilai limit suatu fungsi trigonometri terdapat beberapa cara yang bisa dipakai :
1.      Metode numeric
2.      Menggunakan turunan
3.      Subtitusi
4.      Kali sekawan
5.      Pemfaktoran
·         Rumus limit trigonometri
Cara menentukan nilai limit fungsi trigonometri untuk x mendekati suatu bilangan c bisa secara mudah didapat dengan melakukan subtitusi nilai c pada fungsi trigonometrinya. Persamaan rumus limit fungsi trigonometri seperti pada gambar di bahwah ini :
·         Rumus limit fungsi trigonometri untuk x -> c :
·         Limit fungsi trigonometri untuk x mendekati 0 ( Nol)
Dalam berbagai rumus yang bisa disebut sebagai “property” untuk menyelesaikan soal-soal limit trigonometri. Kumpulan property tersebut bisa dilihat pada daftar rumus limit trigonometri yang diberikan dibawah ini :
Rumus limit fungsi trigonometri untuk x -> 0 :

·         Teorema limit trigonometri :
Ada beberapa teorema yang bisa dipakai untuk menyelesaikan persoalan limit trigonometri :
1.      Teorema A

Teorema diatas hanya berlaku saat (x->0)

2.      Teorema B
Ada beberapa teorema yang berlaku. Pada setiap bilangan real c di dalam daerah asal fungsi yaitu :
Biasanya pada soal limit fungsi pada trigonometri nilai terdekat dari limit fungsinya ialah berupa sudut-sudut istimewa yaitu sudut yang mempunyai nilai sederhana. Untuk itu perlu mengetahui nilai-nilai sudut istimewa yang telah disajikan table istimewa dibawah ini :









Contoh soal :
1.      Tentukanlah nilai dari
Pembahasan :
Soal yang diberikan pada soal yang dikerjakan dengan kombinasi pemfaktoran dan memanipulasi dengan identitas trigonometri. Identitas trigonometri yang dipakai yaitu cosinus sudut rangkap, seperti terlihat pada persamaan dibawah
Kemudian perhatikan proses pengerjaannya dibawah ini :









Maka jawaban soal di atas adalah E.

2.      Tentukanlah nilai dari limit berikut
            Jawaban :







3.Fungsi Polinom
Polinom/suku banyak adalah bentuk suku-suku dengan banyak tak terhingga yang disusun dari peubah/variable dan konstanta. Operasi yang digunakan hanya penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pangkat bilangan bulat positif.
·         Pengertian Fungsi Polinomial
Fungsi polinomial berderajat n adalah fungsi yang memiliki bentuk:
P(x) = anxn + an – 1xn – 1 + an – 2xn – 2 + … + a2x2 + a1x + a0 dimana n adalah bilanga bulat tidak negatif dan an ≠ 0. Selanjutnya, a0 disebut konstanta dan anan – 1an 2 disebut koefisien-koefisien dari xnxn – 1xn – 2
Fungsi yang mengandung banyak suku (polinom) dan variabel bebasnya. bentuk umum fungsi polinom : y= a0 + a1x + a2x2 + .... + anxn
Contoh polinom adalah : x2 - 4x + 7, sedangkan x2 - 4/x + 7x3/2 bukan polinom

Contoh soal :
 Jika fungsi f(x) = 5x²+4x-8, tentukan nilai fungsi tersebut untuk x = 3
Jawab :
f(3) = 5(3)² + 4(3) – 8
       = 45 + 12 – 8
       = 49
Sumber :

KONSEP  GEOMETRI DATAR

*      AKSIOMA DALAM MATEMATIKA
Kata aksioma berasal dari Bahasa Yunani (axioma), yang berarti dianggap berharga atau sesuai atau dianggap terbukti dengan sendirinya. Aksioma adalah sebuah pernyataan dimana pernyataan yang kita terima sebagai suatu kebenaran dan bersifat umum, seta tanpa perlu adanya pembuktian dari kita. Bisa juga dikatakan adalah sebuah ketentuan yang pasti atau mutlak kebenarannya.
Syarat-syarat aksioma adalah :
  1. Konsiste (taat asas)
  2. Independen
  3. Lengkap
  4. Ekonomis
Contoh aksioma :                                      
1.      Melalui dua titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis lurus.
2.      Jika sebuah garis dan sebuah bidang mempunyai dua titik persekutuan, maka garis itu seluruhnya terletak pada bidang.
3.      Melalui tiga buah titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah bidang
4.      Melalui sebuah titik yang berada di luar sebuah garis tertentu, hanya dapat dibuat sebuah garis yang sejajar dengan garis tertentu tersebut.

*      Garis dan Sudut

Pengertian Garis

Garis merupakan susunan titik-titik (bisa tak hingga) yang saling bersebelahan dan berderet memanjang ke dua arah (kanan/kiri,atas/bawah)
Kedudukan dua buah Garis :
a)      Garis Sejajar
Posisi dua garis akan dikatakan sejajar apabila kedua garis tersebut berada di satu bidang dan apabila kedua garis tersebut di perpenjang tidak akan bisa saling berpotongan.
b)      Garis Berpotongan
Dua buah garis dikatakan berpotongan apabila keduanya memiliki sebuah titik potong atau biasa disebut sebagai titik persekutuan.
c)      Garis berhimpit
Dua buah garis akan dikatakan berhimpit apabila kedua garis tersebut memiliki setidaknya dua titik potong. Sebagai contoh jarum jam ketika menunjukkan pukul 12 pas, kedua jarum jam tersebut akan saling berhimpit.
d)     Garis Bersilangan
Dua buah garis dapat dikatakan bersilangan apabila keduanya tidak sejajar dan tidak berada pada satu bidang.
untuk memahami beragam kedudukan garis di atas perhatikan saja gambar berikut ini:
Materi Pengertian Garis dan Sudut Matematika Kelas 7 SMP

Pengertian Sudut
Di dalam ilmu matematika, sudut dapat diartikan sebagai sebuah daerah yang terbentuk karena adanya dua buah garis sinar yang titik pangkalnya saling bersekutu atau berhimpit.
Bagian-bagian pada suatu sudut
Sudut memiliki tiga bagian penting, yaitu:
1.      Kaki Sudut
Garis sinar yang membentuk sudut tersebut.
2.      Titik Sudut
Titik pangkal/ titik potong tempat berhimpitnya garis sinar.
3.      Daerah Sudut
Daerah atau ruang yang ada diantara dua kaki sudut.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjshl01lNv7N5Yg-szLRfeBMZU8rkSA18n6bBS0pCce8wm0uKLvv5nxknFSqin_C-Nd3WE3fa8HJybT4WjKb4-JLT7pB20ji1hGK27iWZ19SUZe6uU_XYzZNaG4US4PT6-TNPlfZ13ZDsw/s1600/Materi+Pengertian+Garis+dan+Sudut+Matematika+Kelas+7+SMP+1.jpg
Jenis-jenis Sudut:
a.       Sudut Siku-siku
Adalah sebuah sudut yang memiliki besar daerah sudut 90°
b.      Sudut Lancip
Adalah sebuah sudut yang memiliki besar daerah sudut diantara dan 90° (0°< D < 90°)
c.       Sudut Tumpul
Adalah sebuah sudut yang memiliki besar daerah sudut diantara 90°dan180° (90°< D < 180°)
d.      Sudut Lurus
Adalah sebuah sudut yang memiliki besar daerah sudut 180°
e.       Sudut Refleks
Adalah sebuah sudut yang memiliki besar daerah sudut diantara 180° dan 360° (180° < D < 360°)
Hubungan antar Sudut
1)      Sudut Berpenyiku
Apabila ada dua buah sudut berhimpitan dan membentuk sudut siku-siku, maka sudut yang satu akan menjadi sudut penyiku bagi sudut yang lain sehingga kedua sudut tersebut dinyatakan sebagai sudut yang saling berpenyiku (komplemen).
Materi Pengertian Garis dan Sudut Matematika Kelas 7 SMPABD + DBC = 90°
2)      Sudut Berpelurus
Apabila ada dua buah sudut yang berhimpitan dan saling membentuk sudut lurus maka sudut yang satu akan menjadi sudut pelurus bagi sudut yang lain sehingga kedua sudut tersebut bisa dikatakan sebagai sudut yang saling berpelurus (suplemen).
Materi Pengertian Garis dan Sudut Matematika Kelas 7 SMP
PQS + SQT + TQR = 180° 
Hubungan antar sudut apabila dua garis sejajar dipotong oleh garis lain
Simak dengan baik gambar di bawah ini:
Materi Pengertian Garis dan Sudut Matematika Kelas 7 SMP

3)      Sudut Sehadap (sama besar)
Adalah sudut yang memiliki posisi yang sama dan besarnya pun sama. Pada gambar di atas, sudut yang sehadap adalah :
A = E
B = F
C = G
D = H
4)      Sudut Dalam Berseberangan (sama besar)
Adalah sudut yang ada di bagian dalam dan posisinya saling berseberangan, pada gambar di atas sudut dalam berseberangan adalah :
C = E
D = F
5)      Sudut Luar Berseberangan (sama besar)
Adalah sudut yang berada di bagian luar dan posisinya saling berseberangan, contohnya:
A = G
B = H
6)      Sudut Dalam Sepihak
Adalah sudut yang berada di bagian dalam dan berada pada sisi yang sama. Bila dijumlahkan, sudut yang saling sepihak akan membentuk sudut 180°. Contohnya :
D + E = 180°
C + F = 180°
7)      Sudut Luar Sepihak
Adalah sudut yang berada di bagian luar dan berada pada sisi yang sama. Bila dijumlahkan, sudut yang saling sepihak akan membentuk sudut 180°. Contohnya :
B + G = 180°
A + H = 180°
8)      Sudut bertolak belakang (sama besar)
Merupakan sudut yang posisinya saling bertolak belakang, pada gambar di atas, sudut yang bertolak belakang adalah :
A = C
B = D
E = G
F = H
Satuan Sudut
Di dalam ukuran derajat, nilai 1 derajat mewakili sebuah sudut yang diputar sejauh 1/360 putaran. Artinya 1°=1/360 putaran.
Untuk menyatakan ukuran sudut yang lebih kecil dari derajat (°) kita bisa menggunakan menit (') dan detik (''). Perhatikan hubungan derajat, menit, dan detik berikut ini:
1 derajat (1°) = 60 menit (60')
1 menit (1') = 1/60°
1 menit (1') = 60 detik (60”)
1 derajat (1°) = 3600 detik (3600'')
1 detik (1'') = 1/3600°
ukuran sudut dalam satuan radian :
1° = p/180 radianatau1 radian = 180°/p
Apabila nilai p = 3,14159 maka:
1° = p/180 radian = 3,14159/180 = 0,017453atau1 radian = 180°/p = 180°/3,14159 = 57,296°

(sumber: http://www.rumusmatematikadasar.com/2014/12/materi-pengertian-garis-dan-sudut matematika-kelas-7-smp.html)


*      Rumus Lingkaran - Menghitung Luas, Keliling & Diagram Lingkaran
Diagram lingkaran adalah diagram yang menunjukkan perbandingan antar item data dengan cara membagi lingkaran dalam juring-juring lingkaran dengan sudut pusat yang sesuai dengan perbandingan tersebut. Diagram lingkaran ini dapat untuk menyajikan data dalam bentuk derajat (°) maupun bentuk persen(%). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyajikan data dalam bentuk diagram lingkaran :
·         Satu lingkaran penuh berarti 360° apabila data disajikan dalam bentuk derajat (°)
·         Satu lingkaran penuh berarti 100 apabila data disajikan dalam bentuk persen (%)
·         ¼ lingkaran berarti 90°(bentuk derajat) dan 25%(bentuk persen).
·         ½ lingkaran berati 180°(bentuk derjat dan 50% (bentuk persen).
Rumus Diagram lingkaran, keliling lingkaran, maupun luas lingkaran sering di jumpai di berbagai soal dalam matematika. Pelajaran matematika sudah di dapatkan mulai dari bangku sekolah dasar dan diagram lingkaran mulain di pelajari di bangku sekolah menengah pertama.

Rumus Lingkaran :

Perhitungan
Rumus
Satuan
Luas Lingkaran
L = π × d²/4 = π × r²
m2
Keliling Lingkaran
K = π × d = 2 × π × r
M
Diameter Lingkaran
d = 2 × r
M

Rumus Luas Lingkaran :
Luas Lingkaran = π x r²
Keterangan:
π ( phi ) = 3,14 atau 22/7
r = jari-jari dari lingkaran atau setengah diameter lingkaran, jika jari-jari satuannya meter (m), maka satuan luasnya m².

*      Menentukan garis istimewa pada segitiga
Dalam sebuah segitiga, terdapat empat buah garis istimewa yang sudah sangat dikenal. Garis-garis istimewa tersebut yaitu garis tinggi, garis bagi, garis berat serta garis sumbu. Berikut ini pembahasan lengkap dari garis-garis istimewa pada segitiga.
1.      Garis Tinggi Segitiga
Garis tinggi segitiga adalah garis yang ditarik dari suatu titik sudut segitiga dan tegak lurus dengan sisi di depannya.
2.      Garis Bagi Segitiga
Garis bagi segitiga adalah garis yang ditarik dari suatu titik sudut segitiga yang membagi dua sama besar sudut tersebut.
                                                   
3.      Garis Berat Segitiga
Garis berat segitiga adalah garis yang ditarik dari titik sudut suatu segitiga yang membagi dua sama besar sisi yang di hadapannya.
4.      Garis Sumbu Segitiga
Garis sumbu segitiga adalah garis yang ditarik tegak lurus pada suatu sisi yang membagi dua sama panjang sisi tersebut.


*      Pengertian Segitiga, Jenis dan Sifat Segitiga Istimewa

Pengertian Segitiga

Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan mempunyai tiga buah titik sudut.
Pengertia Segitiga

Perhatikan sisi-sisinya, ada berapa sisi-sisi yang membentuk segitiga ABC? Sisi-sisi yang membentuk segitiga ABC berturut-turut adalah AB, BC, dan AC.

Sudut-sudut yang terdapat pada segitiga ABC sebagai berikut.
a.‘A atau ‘BAC atau ‘CAB.
b.‘B atau ‘ABC atau ‘CBA.
c.‘C atau ‘ACB atau ‘BCA.
Jadi, ada tiga sudut yang terdapat pada ΔABC. Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
Segitiga biasanya dilambangkan dengan “Δ”. Sekarang, perhatikan Gambar berikut.
Gambar Segitiga
Pada gambar tersebut menunjukkan segitiga ABC.
a. Jika alas = AB maka tinggi = CD (CD AB).
b. Jika alas = BC maka tinggi = AE (AE BC).
c. Jika alas = AC maka tinggi = BF (BF AC).
Catatan: Simbol  dibaca: tegak lurus.
Jadi, pada suatu segitiga setiap sisinya dapat dipandang sebagai alas, dimana tinggi tegak lurus alas. Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
Alas segitiga merupakan salah satu sisi dari suatu segitiga, sedangkan tingginya adalah garis yang tegak lurus dengan sisi alas dan melalui titik sudut yang berhadapan dengan sisi alas.

Jenis-Jenis Segitiga

Jenis-jenis suatu segitiga dapat ditinjau berdasarkan
a. panjang sisi-sisinya;
b. besar sudut-sudutnya;
c. panjang sisi dan besar sudutnya.
Jenis-jenis segitiga ditinjau dari panjang sisinya
  • Segitiga sebarang. Segitiga sebarang adalah segitiga yang sisi-sisinya tidak sama panjang. Pada Gambar di bawah, AB ≠ BC ≠ AC.
Segitiga sebarang
  • Segitiga sama kaki. Segitiga sama kaki adalah segitiga yang mempunyai dua buah sisi sama panjang. Pada Gambar di bawah segitiga sama kaki ABC dengan AB = BC.
Segitiga sama kaki
·         Segitiga sama sisi. Segitiga sama sisi adalah segitiga yang memiliki tiga buah sisi sama panjang dan tiga buah sudut sama besar . Segitiga ABC pada Gambar di bawah merupakan segitiga sama sisi. Coba kalian sebutkan tiga buah sisi yang sama panjang dan tiga buah sudut yang sama besar.
Segitiga sama sisi
Jenis-jenis segitiga ditinjau dari besar sudutnya
Ingat kembali materi pada bab terdahulu mengenai jenisjenis sudut. Secara umum ada tiga jenis sudut, yaitu
  • sudut lancip (0°< x< 90°);
  • sudut tumpul (90°< x< 180°);
  • sudut refleks (180°< x< 360°).
Berkaitan d engan h al tersebut, jika d itinjau dari besar sudutnya, ada tiga jenis segitiga sebagai berikut.
  • Segitiga lancip. Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga sudutnya merupakan sudut lancip, sehingga sudut-sudut yang terdapat pada segitiga tersebut besarnya antara 0° dan 90°. Pada Gambar di bawah, ketiga sudut pada ΔABC adalah sudut lancip.
Segitiga lancip
  • Segitiga tumpul. Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut tumpul. Pada ΔABC di samping, ‘ABC adalah sudut tumpul.
Segitiga tumpul
  • Segitiga siku-siku. Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut siku-siku (besarnya 90°). Pada Gambar di bawah, ΔABC siku-siku di titik C.
Segitiga siku-siku
Jenis-jenis segitiga ditinjau dari panjang sisi dan besar sudutnya
Ada dua jenis segitiga jika ditinjau dari panjang sisi dan besar sudutnya sebagai berikut.
  • Segitiga siku-siku sama kaki. Segitiga siku-siku sama kaki adalah segitiga yang kedua sisinya sama panjang dan salah satu sudutnya merupakan sudut siku-siku (90°). Pada Gambar di bawah, ΔABC siku-siku di titik A, dengan AB = AC.
Segitiga siku-siku sama kaki
  • Segitiga tumpul sama kaki. Segitiga tumpul sama kaki adalah segitiga yang kedua sisinya sama panjang dan salah satu sudutnya merupakan sudut tumpul. Sudut tumpul ΔABC pada Gambar di bawah adalah‘ B, dengan AB = BC.
Segitiga tumpul sama kaki

Sifat-Sifat Segitiga Istimewa

Berikut ini akan kita bahas mengenai sifat-sifat dari segitiga istimewa tersebut :
a. Segitiga siku-siku
Segitiga siku-siku
Bangun ABCD merupakan persegi panjang dengan ‘A = ‘B = ‘C = ‘D = 90°.
Jika persegi panjang ABCD dipotong menurut diagonal AC akan terbentuk dua buah bangun segitiga, yaitu ΔABC dan ΔADC. Karena ‘B = 90° , maka ΔABC siku-siku di B. Demikian halnya dengan ΔADC. Segitiga ADC siku-siku di D karena ‘D = 90°. Jadi, ΔABC dan ΔADC masing-masing merupakan s egitiga siku-siku y ang dibentuk dari persegi panjang ABCD yang dipotong menurut diagonal AC. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.
Besar salah satu sudut pada segitiga siku-siku adalah 90°.
b. Segitiga sama kaki
Perhatikan kembali ΔABC dan ΔADC pada Gambar 8.6. Impitkan kedua segitiga yang terbentuk tersebut pada salah satu sisi siku-siku yang sama panjang.
Segitiga sama-kaki
Tampak bahwa akan terbentuk segitiga sama kaki seperti Gambar (ii) dan (iii).Dengan demikian, dapat dikatakan sebagai berikut :
Segitiga sama kaki dapat dibentuk dari dua buah segitiga sikusiku yang sama besar dan sebangun.
Catatan:
Dua buah bangun datar yang sama bentuk dan ukuran disebut sama dan sebangun atau kongruen.


c. Segitiga sama sisi
Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang. Segitiga samakaki
Segitiga-sama kaki

Gambar 8.10

Perhatikan Gambar 8.10.
  1. Gambar di samping merupakan segitiga sama sisi ABC dengan AB = BC = AC.
  2. Lipatlah ΔABC menurut garis AE. ΔABE dan ΔACE akan saling berimpit, sehingga B akan menempati C atau B ↔ C dengan titik A tetap. Dengan demikian, AB = AC. Akibatnya, ‘ABC = ‘ACB.
  3. Lipatlah ΔABC menurut garis CD. ΔACD dan ΔBCD akan saling berimpit, sehingga A akan menempati B atau A ↔ B dengan C tetap. Oleh karena itu, AC = BC. Akibatnya, ‘ABC = ‘BAC.
  4. Selanjutnya, lipatlah ΔABC menurut garis BF. ΔABF dan ΔCBF akan saling berimpit, sehingga A akan menempati C atau A ↔ C, dengan titik B tetap. Oleh karena itu, AB = BC. Akibatnya, ‘BAC = ‘BCA.
Dari point (1), (2), dan (3) diperoleh bahwa AC = BC = AB dan ‘ABC = ‘BAC = ‘BCA.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
Segitiga sama sisi mempunyai tiga buah sisi yang sama panjang dan tiga buah sudut yang sama besar.
Sekarang, perhatikan kembali Gambar 8.10.
Jika ΔABC dilipat menurut garis AE, ΔABE dan ΔACE akan saling berimpit, sehingga AB akan menempati AC dan BE akan menempati CE. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa AE merupakan sumbu simetri dari ΔABC. Jika ΔABC dilipat menurut garis CD, ΔACD dan ΔBCD akan saling berimpit, sehingga AC akan menempati BC dan A D ak an menempati BD. Berarti, CD merupakan s umbu simetri ΔABC.
Demikian halnya jika ΔABC dilipat menurut garis BF. Dengan mudah, pasti kalian dapat membuktikan bahwa BF merupakan sumbu simetri dari ΔABC.
Ada 2 pengelompokan utama Segitiga yaitu sebagai berikut : 
1. Segitiga dengan nama spesial (khusus) yaitu:

Equilateral Triangle

Segitiga Sama Sisi

3 sisi sama panjang
Besar masing"  sudut nya selalu 60°
Isosceles Triangle

Segitiga Sama Kaki

Ada 2 Sisi sama panjang dan ada
2 sudut yang sama besar
Scalene Triangle

Segitiga Sembarang

Tidak ada sisi maunpun sudut yang sama 


2. Segitiga berdasarkan bentuk yaitu :

Acute Triangle

Segitiga Lancip

Dimana masing-masing sudut
nya kurang dari 90°
Right Triangle

Segitiga Siku-siku 

Salah satu sudut nya adalah 90°

Obtuse Triangle

Segitiga Tumpul

Dimana salah satu sudutnya lebih dari 90°


*      Bangun Segi Banyak dan Bukan Segi Banyak

Segi banyak adalah bangun tertutup yang seluruh sisinya dibatasi oleh garis. Jumlah sudut yang ada sama banyak dengan jumlah sisi yang dimilikinya.

Kurva tertutup sederhana yang memiliki sisi berupa ruas garis disebut dengan Segi Banyak.Segi banyak terjadi dengan menghubungkan beberapa titik satu sama lain yang tidak terletak pada satu garis lurus.

Apabila sisi dan sudut segi banyak berukuran sama, segi banyak tersebut dinamakan segi banyak beraturan. Segi banyak juga disebut bangun datar karena bangun datar merupakan sebuah bangun berupa bidang datar yang dibatasi oleh beberapa ruas garis dan di dalam bangun datar juga disebutkan mengenai segitiga, segi empat, segi lima dan segi enam.

Bangun datar dalam matematika disebut bangun geometri. Jumlah dan model ruas garis yang membatasi bangun tersebut menentukan nama dan bentuk bangun datar tersebut. Misalnya:  Bidang yang dibatasi oleh 3 ruas garis, disebut bangun segitiga. Bidang yang dibatasi oleh 4 ruas garis, disebut bangun segiempat. Bidang yang dibatasi oleh 5 ruas garis, disebut bangun segilima dan seterusnya. Jumlah ruas garis serta model yang dimiliki oleh sebuah bangun merupakan salah satu sifat bangun datar tersebut. Jadi, sifat suatu bangun datar ditentukan oleh jumlah ruas garis, model garis, besar sudut, dan lain-lain
Suku Minang

*      Tentang Lingkaran dan Unsur-Unsur Lingkaran

Lingkaran merupakan salah satu jenis bangun datar.
Setiap bangun datar termasuk yang berbentuk lingkaran memiliki unsur-unsur yang membangunnya. Ada beberapa bagian lingkaran yang termasuk dalam unsur-unsur sebuah lingkaran di antaranya titik pusat, jari-jari, diameter, busur, tali busur, tembereng, juring, apotema, sudut pusat, dan sudut lingkaran. Untuk melihat unsur-unsur lingkaran dapat memperhatikan gambar berikut :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCaTAatEm5j9M5_K0U8qzP2ne2Gq16Q-HjQILnO0ehMo41bsPJzC5cjuGcyyyNYAau9NaJwQbaWVNZcDl47NZzEfhEstRG9vsSpOt3zPXoiR1oKRqrz2NfNx_lqjTj0p6IJBuMzOtm5JRS/s320/New+Picture+%252816%2529.png

a.      Titik Pusat

Titik pusat lingkaran adalah titik yang terletak tepat di tengah-tengah lingkaran. Pada Gambar di atas, titik O merupakan titik pusat lingkaran, dengan demikian, lingkaran tersebut dinamakan lingkaran O. 

b.      Jari-Jari (r)

Jari-jari lingkaran adalah garis dari titik pusat lingkaran ke lengkungan lingkaran (keliling lingkaran). Pada Gambar di atas, jari-jari lingkaran ditunjukkan oleh garis OA, OB, OC, dan OD. 

c.       Diameter (d)

Diameter adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik pada lengkungan lingkaran (keliling lingkaran) dan melalui titik pusat. Garis AB dan CD pada lingkaran O merupakan diameter lingkaran tersebut. Perhatikan bahwa AB = AO + OB. Dengan kata lain, nilai diameter lingkaran merupakan dua kali nilai jari-jari lingkaran, dapat ditulis secara matematis: d = 2r. 

d.      Busur

Busur lingkaran merupakan garis lengkung yang terletak pada lengkungan lingkaran (keliling lingkaran) dan menghubungkan dua titik sebarang di lengkungan tersebut. Pada Gambar di atas, garis lengkung AC, garis lengkung CB, dan garis lengkung BD merupakan busur lingkaran O. Untuk memudahkan mengingatnya Anda dapat membayangkannya sebagai busur panah. 
e.       Tali Busur
Tali busur lingkaran adalah garis lurus dalam lingkaran yang menghubungkan dua titik pada lengkungan lingkaran dan tidak melalui pusat lingkaran. Tali busur GH yang melalui pusat lingkaran dinamakan dengan diameter lingkaran. Tali busur lingkaran tersebut ditunjukkan oleh garis lurus AB, CD, EF, IJ  yang tidak melalui titik pusat seperti pada gambar di atas. Untuk memudahkan mengingatnya Anda dapat membayangkan seperti pada tali busur panah. 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilKi7gjzQ7Ic9M3VFe0fr127QoINUJTcwwwKrf0V_0OvBlmTGDteQkkU3m5MHuwmtYhYokRpKlMXTcxnJ5mZxD7t_qhRlFAeHqrCfvYNNCInbweVCU8twZsnWJ47qX1O827bDlIn2F7xrA/s320/New+Picture+%252820%2529.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLhZXX8JpPuXnGi3nN3OreN-ASBgZhdXojvDhbmpojMKjjxjp1c2mW5Q7tDPWBs-ApCVUd2T5w125znvGGNlTH9zr4w1pE0g14B4Q3LnoykcyZ3u8jCqrx3e5ox2gQgkmLWmWUD7hz6JgP/s320/New+Picture+%252821%2529.png

f.       Tembereng

Tembereng adalah luas daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh busur dan tali busur. Pada Gambar dibawah, tembereng ditunjukkan oleh daerah yang diarsir dan dibatasi oleh busur AB dan tali busur AB. Jadi tembereng terbentuk dari gabungan antara busur lingkaran dengan tali busur lingkaran. 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW78LlQX1w9hFW89r6q8lkO9y8FqQGQrH4NTdn4JcpoKHYI1JwINZEUvF8fmEXdpdy17O3xGMuH9fraf5wKlYmBHZojOquAufpUg3T3raUKa2K2Bx0rzaE9esNOtgukYy4fOLdRUsV0_-k/s200/New+Picture+%252823%2529.png

g.      Juring

Juring lingkaran adalah luas daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh dua buah jari-jari lingkaran dan sebuah busur yang diapit oleh kedua jari-jari lingkaran tersebut. Pada Gambar di bawah, juring lingkaran ditunjukkan oleh daerah yang diarsir yang dibatasi oleh jari-jari OA dan OB serta busur AB, dinamakan juring AOB.  

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOiX3b5wh6ENpB7HTwGDqjYabaa6L8mXkbaN_DqYPoBTGnobRZMKF-Hb1TgTwlbQQbDOoAPFnb6UoxQxj9LL33Ob-SzroMZL4fllfAd183MUL08Jqml1S7dOTHwIGRCBB_wzbgdLqM2rEQ/s200/New+Picture+%252824%2529.png

h.      Apotema

Apotema lingkaran merupakan garis yang menghubungkan titik pusat lingkaran dengan tali busur lingkaran tersebut. Garis yang dibentuk bersifat tegak lurus dengan tali busur. Coba perhatikan Gambar di bawah ini secara seksama. Garis OH merupakan garis apotema pada lingkaran O sehingga OH tegak Lurus dengan EG.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiyIGeUkFOMLwiuYiHSDLBWNvA0OUQk-qYYj6t0TRCbCsQLr3FN4qkOvy7_2e513v0zTHSCE63VaymyudmiZlxmfF2OuFBVRs7OHM3i39XaZD5gB0PyqE6zbHzrCDNUIuo_xKhq30de1yO/s200/New+Picture+%252822%2529.png
i.        Sudut Pusat
Sudut pusat adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan antara dua buah jari-jari lingkaran di titik pusat. Pada gambar di bawah ini, Garis OA dan OB merupakan jari-jari lingkaran yang berpotongan di titik pusat O membentuk sudut pusat, yaitu AOB.
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrquUJp0qW8sumliy5VRC3rG7avFkBNVHpigw7eYZuFFiVbWBwW4sAaY_jxjoimwns36106CcLlqcaD60HQQcTh9EcSp5wjXuGC_G-4biGcp3T5DzoPhPNNlEU1j23tr1QHi4P552s6ts-/s200/New+Picture+%252836%2529.png

j.        Sudut Keliling

Sudut keliling merupakan sudut yang dibentuk oleh perpotongan antara dua buah tali busur di suatu titik pada keliling lingkaran. Pada gambar di atas garis AC dan BC merupakan tali busur yang berpotongan di titik C membentuk sudut keliling ACB

Rumus pada Transformasi Geometri (Translasi, Refleksi, Rotasi, dan Dilatasi )
Transformasi dapat diartikan sebagai perubahan. Sehingga, transformasi geometri dapat didefinisikan sebagai perpindahan benda dalam ruang lingkup geometri. Di bangku SMA, materi transformasi geometri diberikan saat kelas XII. Dalam pembahasan di halaman ini, penjabaran yang akan diuraikan meliputi translasi, refleksi, rotasi, dan dilatasi. Materi yang akan dibahas meliputi ilustrasi perubahan dan rumus transformasi geometri yang meliputi translasi, refleksi, rotasi, dilatasi.
Rumus pada transformasi geometri akan memudahkan sobat untuk menentukan hasil transformasi tanpa harus menggambarnya dalam bidang kartesius terlebih dahulu. Meskipun begitu, ilustrasi gambar tentang transformasi juga dapat memberikan tambahan pemahaman buat sobat idschool. Untuk itu, mari simak pembahasan mengenai translasi, refleksi, rotasi, dan dilatasi pada penjabaran materi di bawah.
Translasi (Pergeseran)
Materi pertama tentang rumus transformasi geometri yang akan dibahas adalah translasi (pergeseran). Translasi merupakan perubahan objek dengan cara menggeser objek dari satu posisi ke posisi lainnya dengan jarak tertentu. Penentuan hasil objek melalui translasi cukup mudah. Caranya hanya dengan menambahkan absis dan ordinat dengan jarak tertentu sesuai dengan ketentuan. Untuk lebih jelasnya mengenai proses translasi dapat dilihat pada gambar di bawah.
Translasi pada Transformasi Geometri
Refleksi (Pencerminan)
Pembahasan berikutnya adalah pencerminan atau yang lebih sering disebut dengan refleksi. Seperti halnya bayangan benda yang terbentuk dari sebuah cermin. Sebuah objek yang mengalami refleksi akan memiliki bayangan benda yang dihasilkan oleh sebuah cermin. Hasil dari refleksi dalam bidang kartesius tergantung sumbu yang menjadi cerminnya. Pembahasan materi refleksi yang akan diberikan ada tujuh jenis. Jenis-jenis tersebut antara lain adalah refleksi terhadap sumbu x, sumbu y, garis y = x, garis y = -x, titik O (0,0), garis x = h, dan garis y = k. Berikut ini adalah ringkasan daftar matriks transformasi pada refleksi/pencerminan.
Rumus pada Pencerminan
Selanjutnya, mari perhatikan uraian matriks transformasi untuk setiap jenisnya.
Pencerminan terhadap sumbu x
Transformasi Geometri Refleksi
Pencerminan Terhadap Sumbu y
Rumus pencerminan terhadap sumbu y
Pencerminan terhadap Garis y = x
Rumus pencerminan terhadap garis y = x
Pencerminan terhadap Garis y = – x 
Transformasi Geomteri Refleksi terhadap garis y = -x
Pencerminan terhadap Titik Asal O(0,0)
Rumus pencerminan terhadap titik asal
Pencerminan terhadap Garis x = h
Rumus pencerminan terhadap garis x = h
Pencerminan terhadap Garis y = k
Transformasi geometri
Rotasi (Perputaran)
Rotasi atau perputaran merupakan perubahan kedudukan objek dengan cara diputar melalui pusat dan sudut tertentu. Besarnya rotasi dalam transformasi geometri sebesar  disepakati untuk arah yang berlawanan dengan arah jalan jarum jam. Jika arah perputaran rotasi suatu benda searah dengan jarum jam, maka sudut yang dibentuk adalah . Hasil rotasi suatu objek tergantung dari pusat dan besar sudut rotasi. Perhatikan perubahan letak kedudukan segitiga yang diputar sebesar  dengan pusat  pada gambar di bawah.
Transformasi Geometri Rotasi
Mendapatkan hasil rotasi dengan cara menggambarnya terlebih dahulu akan sangat tidak efektif. Ada cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan hasil objek hasil rotasi, yaitu dengan menggunakan rumus transformasi geometri untuk rotasi. Simak lebih lanjut rumusnya pada pembahasan di bawah.
Rotasi dengan Pusat  sebesar 
Rumus rotasi dengan pusat O
Rotasi dengan Pusat (m,n) sebesar 
Rumus Rotasi dengan sudut putar P
Rotasi dengan pusat (0,0) sebesar  kemudian sebesar 
Rotasi dua sudut dengan pusat O
Rotasi dengan pusat P(m,n) sebesar  kemudian sebesar 
Rotasi dua sudut dengan pusat P
Dilatasi
Dilatasi disebut juga dengan perbesaran atau pengecilan suatu objek. Jika transformasi pada translasi, refleksi, dan rotasi hanya mengubah posisi benda, maka dilatasi melakukan transformasi geometri dengan merubah ukuran benda. Ukuran benda dapat menjadi lebih besar atau lebih kecil. Perubahan ini bergantung pada skala yang menjadi faktor pengalinya. Rumus dalam dilatasi ada dua, yang dibedakan berdasarkan pusatnya. Selanjutnya perhatikan uraian rumus untuk transformasi geometri pada dilatasi di bawah.
Dilatasi titik  terhadap pusat O(0,0) dengan faktor skala m
Rumus dilatasi pusat O
Dilatasi titik  terhadap pusat P(k,l) dengan faktor skala m
Rumus dilatasi dengan pusat P






No comments:

Post a Comment

zona baca

Bahan Ajar Kelas 1 Tema 4 Keluargaku 3 keluarga besarku pembelajaran 4

BAHAN AJAR Tema                 : 4 Keluargaku Subtema            : 3 Keluarga Besarku Pembelajaran    : 4 Tujuan Pembelajaran Dengan ...