.1. Public speaking dan urgensinya
Banyak tokoh yang terkenal dan menorehkan sejarah dunia,
bukan karena kekayaan atau jabatannya, melainkan karena kemampuan mereka dalam
hal menginspirasi jutaan orang. Kemampuan inilah yang dinamakan dengan public
speaking. Mengikuti perkembangan zaman, kemampuan ini mungkin tidak dapat
membuat kita melakukan hal yang sama seperti tokoh-tokoh terdahulu. Akan
tetapi, hampir dipastikan kemampuan ini mampu membawa kita memperoleh
kesuksesan di berbagai bidang.
Di Indonesia sendiri, masyarakat cenderung menghargai dan
menerima seseorang yang mampu menyampaikan ide-idenya dalam bahasa yang
dimengerti oleh publik. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan komunikasi,
khususnya public speaking, menjadi kemampuan yang mutlak harus dimiliki setiap
individu agar mampu bersaing di zaman yang semakin dinamis.
Tujuan public speaking tidak terlepas dari tujuan
komunikasi, yaitu menyampaikan pesan atau ide kepada publik dengan metode yang
sesuai sehingga publik bisa memahami pesan atau ide, dan kemudian memperoleh
manfaat dari pesan tersebut. Sehubungan dengan ini seorang public speaker pun
dituntut untuk mampu memilih metode yang tepat untuk menyampaikan pesannya.
Metode public speaking[1] yang dimaksud dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu:
Impromptu speech, artinya seseorang untuk menyampaikan
gagasannya tidak melakukan banyak persiapan. Dengan kata lain seorang public
speaking bekerja secara mendadak.
Manuscript speech, artinya seseorang dapat melihat naskah
saat menyampaikan gagasannya. Dalam hal ini saya sertakan contoh naskah yang
dapat dibaca oleh seorang perwakilan mahasisawa dalam penerimaan dan perpisahan
mahasiswa KKP. (Lampiran 1 dan Lampiran 2)
Extemporaneous speech, artinya seseorang tanpa menggunakan
naskah dapat menyampaikan gagasannya dengan lebih informatif dan komunikatif.
Dalam hal ini pembicara bebas berimprovisasi.
Selain itu, untuk menjadi seorang public speaker yang baik
harus mempuyai kepercayaan diri yang tinggi, persiapan yang optimal, penguasaan
kata-kata yang baik, kontak mata dan gerak tubuh yang baik, dan kemampuan
mengendalikan audiens.
2.2. Faktor percaya diri public speaking
Orang yang rendah diri atau depresif ialah mereka yang tidak
pernah mencoba menunjukkan potensi yang ia miliki. Akibatnya, rasa percaya diri
tetap terkalahkan oleh rasa takut dan
rasa gugup yang selalu membayangi pikirannya sebelum bertindak. Perlu disadari
bahwa ketakutan itu perlahan-lahan akan hilang apabila kita sering mencoba
melakukan hal yang kita takutkan, lalu membuat kesalahan, dan kemudian dengan
cermat mengambil pelajaran dari setiap pengalaman yang didapatkan. Seperti yang
dinyatakan oleh Dale Carnegle, 2006, bahwa cara tercepat dan terbaik untuk
mengalahkan rasa takut adalah dengan melakukan apa yang kita takutkan.
Sedangkan pendapat lain yang mungkin dapat mempentuk pola
berpikir positif [2] dapat diperhatikan melalui pernyataan berikut:
“Penelitian membuktikan bahwa orang yang menyesuaikan antara
citra diri [3]dan ideal diri mereka cenderung secara sosial bersikap tenang,
percaya diri, dan cerdik. Sebaliknya orang yang kurang menyesuaikan diri
cenderung menjadi depresi, cemas, gelisah, dan kurang mampu dalam keterampilan
sosial.” (Andrew McCarty, Ph. D, 2007).
“Hampir 98% orang yang tidak menderita depresi ialah mereka
yang berpikir dengan prasangka positif,” (Andrew McCarty, Ph. D, 2007). Maka
dari itu, untuk mempertinggi penghargaan diri kita, kita harus berusaha
berpikir positif tentang diri kita. Kita harus percaya bahwa kita mempunyai
pemikiran positif dalam diri kita.
Tabel 1. Persentase Hal yang Ditakuti Oleh 3000 Orang
Amerika Berdasarkan Hasil Survei The People’s Almanact Book of Lists
No Hal yang
ditakuti Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Berbicara
di depan kelompok 630 21
2 Ketinggian 510 17
3 Serangga
dan hama 360 12
4 Masalah
keuangan 360 12
5 Air yang
dalam 360 12
6 Penyakit 270 9
7 Kematian 270 9
8 Terbang 240 8
Total 3000 100
Sumber: General Public Speaking, Public Speaki
No comments:
Post a Comment